Oleh: Abdurrahman
SAUDARA, sudahkah sampai kepada mu kabar duka dari Kota al-Quds, tentang Hadil Hashlamon, Gadis berumur 18 tahun yang ditembak mati oleh Serddu Zionis hanya karena enggan membuka cadarnya?
Sudah sampaikah kepada mu kabar pilu dari Tepi Barat, tentang keluarga Dawabisyah, yang mereka semua mati dibakar hidup-hidup oleh segerombolan Pemukim Ilegal Yahudi? Diantara mereka ada adik kita, Ali. Bayi menyesui yang belum genap umurnya 1,5 tahun?
Atau, tentang Abbas Sayyid, pemuda Palestina yang divonis penjara lebih lama dari umurnya, 186 tahun! Higga hari ini, bersama dengan 6795 rakyat Palestina dia mendekam dalam gelapnya penjara Yahudi?
Sudahkah sampai kepada mu tentang itu semua duhai saudara ku. Tentang Palestina dan berjuta nestapa di sana?
Palestina, duhai Palestina
Dia bukan lah negeri layaknya negeri-negeri lain di Dunia. Sejak kehidupan di atas muka bumi ini bermula, Palestina sudah memulai sejarahnya.
Beliau lah Baginda Nabi Adam –alaihi salam-, di tanah suci itu membangun masjid yang kelak menjadi Kiblat Pertama Umat Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam Masjid al-Aqsha.
Masjid al-Aqsha ialah temat agung nan suci, dari sana Baginda Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bertolak menuju Sidratul Muntaha. Memenuhi undangan Allah.
Di sana pula lah Nabi-Nabi yang mulia hidup. Nabi Dawud, Nabi Sulaiman, Ibunda Mariyam, Nabi Yahya, dan lainnya.
Palestia atau kita lebih mengenalnya dengan nama Negeri Syam, ialah negeri yang mendapat doa Nabi Muhammad saw. Dimana beliau berdoa, “Ya Allah, berkahilah Syam Kami. Berkahilah Syam kami. Berkahilah Syam kami!”
Allah Subhanahu Wata’alaberfirman dalam surat al-Isro’ ayat 1, “Maha Suci Allah Subhanahu Wata’alayang telah memperjalankan hambaNya (Muhammad) di malam hari, dari Masjid al-Harom menuju Masjid al-Aqsha yang kami berkahi sekitarnya (Negeri Syam). Agar kami tunjukan darinya ayat-ayat kami.”
Ayat-ayat itu hingga hari ini berhamburan di sana..
Telah sampaikah kepada mu, kisah sejumlah Mujahidin Pada suat hari di tahun 2014 lalu. Ketika berkecamuknya perang Ashful Ma’kul. Secara membabi buta Zionis menghajar Gaza dari darat, laut, dan udara selama 51 hari!
Sekelmpok Mujahidin itu barulah hendak kembali masuk ke dalam trowongan bawah tanah, tempat mereka bersiasat dalam taktik pertempuran. Namun siapa sangka, keberadaan mereka ditangkap oleh Pesawat musuh, dan Bom! Mereka habis tertimbun tanah.
Ketika Komandan sudah menetapkan mereka sebagai pejuang yang gugur/ hilang. Keluarga sudah lah mengikhlaskan kepergiannya. Berselang sebulan, secara mengejutkan mereka keluar dari dalam tanah dalam keadaan sehat wal afiat! Padahal tertimbun di dalam tanah selama satu bulan tanpa perbekalan yang berarti.
Demikian itu lah satu diantara sekian juta ayat-ayat Allah Subhanahu Wata’aladi sana.
Sekalipun berada dalam gempuran dan blockade kaum pendurhaka. Mereka sabar, sabar, dan berbahagia dalam kesabaran itu.
Sebut saja seorang Ibu di Gaza, Ibunda dari Muhnid Al-Hilabi. Muhnid tewas dalam pertempuran sengit mempertahankan agama dan negerinya. Ketika ratusan orang mengunjungi nya di rumah duka, dengan suara tegar bergetar dia berucap, “Aku tegar. Karena anakku telah memberkati diriku dengan kesyahidan nya!”
Demikian lah Palestina menapaki taqdirnya. Sebagai negeri penuh berkah. Diberkahi pula segenap hamba Allah Subhanahu Wata’alayang sholeh di dalamnya.
Pada hari ini mereka sedang berduyun-duyun meraup berkah dalam Intifada al-Quds. Atau sebagaian kita mengucapnya dengan Intifada Ke-3. Keberkahan pada tiap peluh, darah, dan nyawa yang mereka hibahkan sepanjang jalan juang itu. Perjuangan membela kehormatan masjid kita yang mulia. Masjid al-Aqsha dari tangan-kaki najis Kaum Zionis Yahudi.
Tinggal lah kita di sini, tersungkur dalam kemegahan dunia. Terpuruk dalam kesenangan semu. Tanpa sadar ketika mereka berduyun duyun menuju surga dengan berjihad, masih kah kita berjalan gontai menuju neraka? Wallahu Alam.*
Penulis adalah pengasuh anak-anak yatim di Jakarta, merindukan bebasnya Syam