ISU Uighur di tanah air memang sempat menjadi headline di beragam media namun kemudian hilang entah kemana. Hari-hari ini Uighur kembali mewarnai banyak headline media bahkan seorang Mesut Ozil (Oezil), bintang sepakbola Arsenal asal Turki yang berdomisili di Jerman itu pun ikut melantangkan suara tentang Uighur.
Pada Jumat (13/12/2019), Ozil mengunggah pernyataan sikap dan doanya untuk Muslim Uighur yang dinilainya tertindas di Xinjiang, China.
Pemain yang pernah meraih juara gelar dunia bersama Tim panser Jerman itu menulis dalam akun twitternya @MesutOzil1088.
Oh Turkistan Timur!
Umat yang terluka berdarah. Komunitas pejuang yang menolak penindasan. Orang-orang beriman yang berjuang sendiri melawan mereka yang memaksa keluar dari Islam. Al Quran dibakar, masjid-masjid ditutup, sekolah madrasah dilarang, para sarjana Muslim dibunuh satu per satu.
Saudara-saudaraku dipaksa masuk ke dalam kamp. Pria China dimasukkan ke dalam keluarga (Uighur). Saudari-saudariku dipaksa menikah dengan pria-pria China.
Namun, umat Muhammad hanya diam, tidak menyatakan keberatan apa pun. Umat muslim lain tidak mendukung. Tidakkah mereka tahu bahwa membiarkan penindasan adalah bentuk dari penindasan itu sendiri? Betapa indahnya kalimat Hadrah Ali: “Jika kamu tidak bisa mencegah penindasan, maka publikasikanlah penindasan itu!”
Saat peristiwa ini (penindasan ethis Uighur) menjadi agenda bahkan di media Barat selama beberapa pekan dan bulan, di mana suara negara-negara Muslim dan media mereka?
Tidakkah mereka tahu bahwa bersikap netral saat penindasan terjadi adalah penghinaan? Tidakkah mereka tahu bahwa saudara-saudari kita (Uighur) akan mengingat kesedihan ini beberapa tahun kemudian sebagai bukan dari akibat tirani, tetapi akibat sikap diam kita, saudara Muslim mereka?
Ya Allah, tolonglah saudara-saudariku di Turkistan Timur.
Tak diragukan, Allah adalah sebaik-baiknya perencana.
-Mesut Oezil
Baca: Bintang Arsenal Ozil: Mengecam Kebisuan Dunia Muslim atas Penindasan China terhadap Uighur
Kepedulian Mesut Ozil ini seakan menampar kita semua di dalam negeri ini yang konon dikenal sebagai negara Muslim terbesar di dunia namun seakan-akan diam seribu bahasa terhadap masalah penindasan yang dialami oleh Muslim Uighur. Ini saatnya umat Islam Indonesia bangun, bangkit mengerahkan tenaga untuk bisa membela saudara-saudara Uighur.
Sesungguhnya umat Islam satu dengan umat Islam lainnya ibarat satu tubuh atau satu bangunan, kata Nabi. Sudah semestinya saling membantu dan saling melindungi. Karena setiap Muslim hakikatnya adalah bersuadara.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al Hujurat [49]: 10).
Oleh karena itu Allah sangat suka kepada Muslim yang mau membina persahabatan, persaudaraan dan persatuan layaknya bangunan yang kokoh, lebih-lebih dalam upaya membela agama Allah (QS. 61: 4).
Apabila hal itu terwujud, maka jaminan Allah akan menyertai kehidupan umat Islam. Rasul bersabda, “Allah akan terus menolong seorang hamba selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya.” (HR. Bukhari).
Dengan demikian mari satukan tekad bergandengan tangan untuk segera turun membantu saudara-saudara kita di Uighur. Sebuah media internasional telah melakukan sebuah liputan atas izin pemerintah China sendiri untuk memasuki kamp yang disebut sebagai markas deradikalisasi di China di mana semua penghuninya adalah Muslim Uighur.
Ditemukan bahwa para penghuni kamp memang bergembira dan menyanyi serta menari. Akan tetapi semua itu tampak terlihat sebagai sebuah hal yang tidak natural, sehingga masih belum bisa dipastikan bahwa China betul-betul tidak melakukan penindasan dan penganiayaan terhadap Muslim Uighur.
Anggota DPR RI Komisi 1 juga melalui sebuah acara televisi mengungkapkan bahwa mantan penghuni kamp yang bisa lepas dari China menceritakan bahwa kondisi mereka sangat buruk, hak-hak asasi manusia mereka dalam banyak hal dirampas. Semua ini menunjukkan bahwa isu Uighur bukanlah isapan jempol. Terlebih belakangan di media elektronik juga santer dikabarkan perihal upaya China membungkam kelompok umat Islam dengan memberikan sejumlah dana.
Baca: Anwar Abbas: MUI dan Muhammadiyah Takkan Berhenti Menentang Kezaliman Terhadap Uighur
Seperti inilah kondisi umat Islam secara keseluruhan, satu sisi dipersekusi dengan isu radikalisme, terorisme, dan fundamentalisme. Di sisi lain umat Islam dibantai, ditutup-tutupi penderitaannya, dan diskenariokan agar satu sama lain tidak saling peduli, sehingga umat Islam tidak merasakan luka atas duka yang dialami Muslim lainnya.
Akan tetapi pilihan terbaik yang harus kita lakukan adalah turun tangan, membantu, dan menolong mereka. Jika tidak boleh jadi kita akan hidup aman sementara ini, tetapi tidak untuk selanjutnya bahkan dalam kehidupan yang abadi yakni akhirat.
Rasulullah mengecam umat Islam yang tidak peduli nasib saudara seiman.
من لا يهتم بأمر المسلمين فليس منهم
“Barangsiapa yang tidak peduli urusan kaum Muslimin, Maka Dia bukan golonganku.” (Al-Hadits).*
Imam Nawawi | Aktivis Pemuda