PEMUDA adalah pewaris perjuangan. Merawat pemuda adalah memelihara peradaban. Demikianlah faktanya. Bahwa, dalam sejarah peradaban Islam, peran pemuda sangat penting dalam mengawal perjuangan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Karena begitu pentingnya pemuda ini, maka maju mundurnya sebuah peradaban ada di pundak pemuda.
Pemuda itu spesial, maka itu harus diperhatikan, karena dalam diri mereka tersimpan gelora yang membara. Ada fase dimana dorongan untuk melakukan sesuatu itu sangat kuat. Dalam bersikap dan bertindak. Dan ini adalah karakter pemuda. Jika dikelola dengan baik maka karakter tersebut akan menstimulus nilai positif, namun jika tidak maka karakter tersebut akan melahirkan nilai negatif.
Nah, pada fase tersebut bimbingan para pendahulu sangat dibutuhkan berupa nasihat atau motivasi yang positif. Sebab dengan bekal itulah pemuda kemudian bisa mengetahui kemana langkah mereka harusnya berjalan.
Sebab inilah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengingatkan kepada umatnya agar berlaku baik terhadap pemuda, menjaga dan membimbing mereka ke arah yang lebih baik.
“Aku wasiatkan kepada kalian terhadap pemuda-pemuda (angkatan muda) supaya bersikap baik terhadap mereka. Sesungguhnya hati dan jiwa mereka sangat lembut. Maka sesungguhnya Tuhan mengutus aku membawa berita gembira dan membawa peringatan. Angkatan mudalah yang menyambut dan menyokongku, sedangkan angkatan tua menentang dan memusuhi aku. Lalu Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam membaca ayat Allah Ta’ala yang berbunyi; “mungkin sudah terlalu lama waktu (hidup) yang mereka lewati sehingga hati mereka menjadi beku dan kasar”.
Baca: Ustadz Abdurrahman Imbau Pemuda Beridealisme Kuat Bangun Indonesia
Rasulullah tahu betul bagaimana kualitas semangat pemuda itu. makanya beliau mewasiatkan agar semangat tersebut disalurkan ke arah yang baik. Betul-betul dikader dengan serius dan dengan cara yang sungguh-sungguh, karena pemuda merupakan pewaris perjuangan yang akan tegak berdiri di garda terdepan untuk memperjuangkan martabat mereka.
Dan benar. Ketika wasiat Rasulullah tersebut diadopsi dan diterapkan dalam mengkader para pemuda, maka pemuda tersebut akan menjadi pribadi yang tangguh dan sulit ditaklukkan. Buktinya, bisa kita lihat dalam lembaran-lembaran sejarah. Ada banyak pemuda yang berhasil berjuang dalam mempertahankan bangsa dan agamanya sebab pola didikan yang dilakukan pendahulu mereka menggunakan konsep Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Dalam sejarah peradaban Islam, ada nama Muhammad Al Fatih. Pemuda yang memiliki optimisme tinggi. Diusianya yang sangat muda yaitu 21 tahun, Muhammad Al Fatih berhasil meruntuhkan imperium Romawi Timur, yang merupakan benteng yang sangat kokoh kala itu.
Ada juga nama seperti Usama bin Zaid (18 tahun) pernah memimpin ribuan pasukan dalam misi membasmi nabi palsu yang menyesatkan manusia. Pun, Muhammad bin al-Qasim (17) jenderal kekhalifaan Umayyah yang menaklukkan wilayah Sindh dan Multan. Dan masih banyak lagi.
Pun dalam sejarah bangsa Indonesia, nama Jenderal Soedirman adalah salah satunya. Merupakan pahlawan yang mengagumkan, di usianya yang terbilang muda yakni 27 tahun beliau sudah menjadi pemimpin perang untuk mengusir penjajah dan menjadi jenderal besar di usia 31 tahun.
Gelora semangat pemuda ini pulalah yang ditangkap Bung Karno. Sehingga dengan nada optimis, lantang berteriak, “Berikan saya sepuluh pemuda maka kami akan menaklukkan dunia.”
Sekali lagi, terbentuknya karakter hebat tersebut karena konsep pengkaderan yang digunakan adalah cara pengkaderan Nabi atau anjuran Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dalam mencetak generasi pelanjut sehingga menghasilkan pemuda yang ideal.
Maka dari itu, jika kita ingin menciptakan generasi yang tangguh, unggul, dan berkarakter maka pola seperti yang Rasulullah wasiatkan sangat wajib untuk diaplikasikan dalam kehidupan kita. Dan itu harus dipersiapkan dari sekarang. Sebab dalam diri Rasulullah ada suri teladan yang baik.
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang yang sekiranya meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraannya). Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan (tutur kata) yang benar.” (QS: An-Nisa/4:9)
Menjelang Munas ke-7 Syabab (Pemuda) Hidayatullah, saya berpesan kepada pengurus Syabab periode berikutnya, agar senantiasa memperhatikan pola gerakan Rasulullah yang sudah terbukti ini. Yaitu dengan meniru kemudian menyusun konsep pengkaderan yang seragam, bukan hanya diterapkan di satu wilayah saja, namun menyeluruh di Indonesia.
Sehingga generasi yang lahir dari pengkaderan tersebut memiliki tujuan yang sama. Pemuda yang dikader di Jawa (misalnya) harus sama motivasinya dengan pemuda yang dikader di Sulawesi. Karena konsep yang dipakai dalam membetuk mereka adala konsep yang seragam tadi.
Konsep pengkaderan itu penting, agar pemuda kita tidak lagi banyak mengekor pada kultur yang bisa merusak idealisme mereka yang telah dibentuk sejak masa santri. Maka dari itu, diperlukan wadah atau tempat bagi mereka agar tetap terjaga semangat juangnya dari kemungkinan pengaruh yang buruk.
Sebab siapa lagi yang akan memikirkan itu kalau bukan kita.*
Ridwan | Aktivis Pemuda Hidayatullah di Makassar