Hidayatullah.com—Perjuangan dakwah tidak dapat dipahami sebagai semata-mata perjuangan atau usaha untuk menegakkan suatu kemenangan yang bersifat fisik, atau hanya mewujudkan suatu negara, khilafah, daulah, darul Islam, atau apapun namanya.
Perjalanan dakwah adalah perjalanan untuk senantiasa memberi peringatan terhadap eksistensi umat manusia di muka bumi. Allah SWT memberikan begitu banyak contoh perjalanan dakwah yang telah ditempuh oleh para nabi dan rasul, tentang konsistensi mereka menegakkan tauhid, mengajak manusia untuk menyembah dan mengagungkan Allah SWT, untuk meninggalkan segala kemaksiatan dan kemunkaran. Ribuan atau mungkin jutaan tahun perjalanan tauhid di bumi ini, sebelum dan setelah Rasulullah Muhammad SAW, berapa saja yang telah benar-benar berhasil menegakkan suatu negara, khilafah, daulah, darul Islam? Lalu apakah berarti mereka semua gagal?
Yang sesungguhnya kita warisi adalah jalan dakwah dan jalan perjuangan itu sendiri. Dan ukuran kemenangannya adalah konsistensi atau sikap istiqamah. Itulah hakikat kemenangan yang sesungguhnya, hakikat kemenangan yang sejati. Keberhasilan untuk menjaga kesucian dan kemurnian niat hanya untuk mengagungkan Allah SWT keberhasilan yang nyata.
Namun begitu, Allah SWT juga telah memberikan visi kepada Rasulullah SAW supaya jalan dakwah dan jalan perjuangan yang beliau tempuh mempunyai arah dan tujuan. Dan sejarah telah mencatat dengan tinta emas, bagaimana seorang Muhammad SAW, seorang ummiy dari kota kecil Makkah, dari negeri tandus dan gersang, berhasil mewujudkan visi yang telah diberikan oleh Allah SWT dalam wujud tegaknya peradaban baru bagi umat manusia. Suatu peradaban yang tak pernah dibayangkan oleh semua filosof dan pemikir dunia manapun. Suatu peradaban yang ideal, yang berbasiskan manusia dan bukan materi, yang bersifat global dan bukan ‘ashabiyah. Penuh dengan kasih dan sayang di bawah naungan keadilan hukum dan peraturan Allah SWT, dimana manusia-manusianya tunduk dan mengabdi, menyerahkan dan menggantungkan diri semua urusannya hanya kepada Allah SWT semata. Suatu peradaban yang lurus tak berbengkok, netral tak memihak, adil tak tebang pilih, as-Shiraatul al-Mustaqiim. Inilah hasil karya terbesar umat manusia, dimana tegak di dalamnya kesamaan derajat seluruh manusia di mata Allah SWT. Tak pandang suku bangsa, warna kulit dan bahasa, strata sosial dan politik. Bahkan seorang budak negro yang hitam legam dengan rambut seperti kismis dapat menjadi lebih mulia di sisi Allah dan Rasul-Nya, dibandingkan dengan pembesar musyrik yang kaya raya.
Inilah peradaban yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW, dan inilah peradaban yang hendak dituju oleh Hidayatullah melalui Manhaj Nabawi yang dijalani. Sekali lagi, bukan sekedar menegakkan negara, khilafah, daulah, darul Islam, atau apapun nama yang biasa digunakan. Juga bukan untuk sekedar membela pemerintah, dengan bungkus ulul amr. Bukan juga untuk sekedar bertarung di pemilu guna merebut kekuasaan politik sesaat dan fatamorgana. Hidayatullah tidak peduli dimana peradaban itu dapat ditegakkan. Dimanapun boleh selama syariat, kebenaran, keadilan, kejujuran, kasih sayang, dan pengabdian kepada Allah SWT dapat ditegakkan, selama itu pula Hidayatullah akan tegak untuk memperjuangkan, membela dan mempertahankannya.
Itulah manhaj gerakan Hidayatullah. Suatu metodologi untuk memahami, mengamalkan dan menyebarkan Islam berlandaskan falsafah tauhid, ideologi Islam, metode pembinaan individu, metode gerakan penyebaran ajaran serta visi dari gerakan itu sendiri.
Tauhid adalah falsafah yang menjadi pangkalan tempat bertolak dan pelabuhan tempat bersauh. Hidayatullah memandang realitas dunia ini adalah ladang dakwah tempat menyemaikan misi tauhid kepada seluruh umat manusia. Umat manusia seluruhnya dipandang sebagai obyek bagi penyampaian risalah tauhid dan tidak ada satupun yang menjadi musuh, kecuali mereka secara terang-terangan memerangi kaum Muslimin secara fisik.
Selama masih ada manusia yang belum bertauhid, belum menjadikan Allah SWT sebagai rabb yang tunggal untuk disembah dan ditaati. Yang belum menyatakan ketundukkan dan ketaatannya terhadap otoritas kekuasaan Allah SWT, terhadap pengaturan kehidupan umat manusia, maka selama itu pula tugas para kader Hidayatullah belum berakhir.
Kesimpulannya, Hidayatullah berupaya meniti Manhaj Nabawi yang diimplementasikan melalui pola dasar Sistematika Wahyu sebagai manhaj gerakan tarbiyah dan dakwah demi tegaknya peradaban Islam di muka bumi.
*Tulisan ini dikutip dari majalah Suara Hidayatullah ditulis oleh Dr. Nashirul Haq, Ketum DPP Hidayatullah
Baca juga: Nashirul Haq: Wabah Corona Pelajaran Betapa Manusia Lemah