oleh: Wahyu Ichsan
“Ummatic Week” sebuah even besar yang baru saja diselenggarakan oleh Kampus International Islamic University Malaysia (IIUM) tempat penulis menuntut ilmu saat ini.
Acara yang berlangsung sejak 12-18 Maret tersebut diselenggarakan setahun sekali, dengan tujuan mempererat ukhuwah seluruh mahasiswa internasional yang datang dari 33 negara di dunia. Seperti memperkuat semangat persaudaraan dan meningkatkan semangat kepedulian dan saling membantu di antara masyarakat.
Dalam even akbar tersebut, setiap delegasi negara dibolehkan membuka booth atau stannya masing untuk memperkenalkan kebudayaan negaranya masing-masing.
Selain itu, setiap Negara juga diperkenankan menampilkan kesenian dan kebudayaannya dipanggung utama selama lebih kurang 20 menit, dan Indonesia menampilakan Tarian Saman dan Marawis, dan Vietnam menampikan tarian seribu tangan, sementara China menampilkan Kung Fu dan macam-macam penampilan dari Negara lain. Disamping itu, kita pun dapat mencicipi makanan dan minuman khas dari negara mereka masing-masing yang disediakan secara gratis.
Suasana acara yang berlangsung selama seminggu tersebut, menampakkan kebahagiaan yang dipenuhi dengan canda dan tawa. Ukhuwah persahabatan sesama muslim menjadi begitu rapat seperti tiada dinding pembatas atas nama negara. Seakan-akan kita satu. Seperti satu bangunan yang saling mengokohkan satu sama lain. Semua mahasiswa saling menghormati, hal ini terlihat, ketika lagu kebangsaan suatu negara sedang dinyanyikan, semua mahasiswa dari manca negara tersebut dengan serta merta berdiri untuk menghormatinya.
Indah dan mengangumkan. Terbetik dalam hati kecilku, seandainya umat Islam yang telah terpecah kedalam 53 negara ini satu, memiliki pemimpin yang satu, dan negara yang satu, maka dapat dipastikan tidak akan ada lagi pembantaian terhadap kaum muslimin yang kerap terjadi tiada henti. Namun sayangnya, suasana ummatic week hanya berlangsung 7 hari. Padahal umat Islam membutuhkan ukhuwah persaudaran yang tiada batas untuk selamanya.
Fenomena Umat Islam saat ini
Sayangnya tidak seperti suasana Ummatic Week. Umat Islam saat ini persis seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah, Shalallahu ‘alaihi Wassalam;
“Kelak bangsa-bangsa lain akan mengerumuni kalian seperti orang-orang yang lapar mengerumuni hidangan mereka”. Berkata seorang sahabat, ”Apakah karena jumlah kami sedikit pada waktu itu?” Rasul saw. menjawab, ”Tidak, Jumlah kalian pada saat itu banyak, tetapi kualitas kalian seperti buih ditengah lautan. Allah mencabut rasa takut dari musuh terhadap kalian, dan memasukkan rasa wahn kedalam hati”. Berkata seorang sahabat, ”Apa itu Wahn, wahai Rasulullah saw?” Rasul berkata, ”Cinta dunia dan takut mati.” (H.R. Ahmad dan Abu Daud).
Sebab utama dari realitas umat Islam, yaitu wahn. Penyakit cinta dunia dan takut mati sudah menghinggapi mayoritas umat Islam, sehingga mereka tidak ditakuti lagi oleh musuh, bahkan menjadi bulan-bulanan orang kafir. Banyak umat Islam yang berkhianat dan menjadi kaki-tangan musuh Islam, hanya karena iming-iming dunia. Bangsa Amerika, Israel dan sekutunya menjadi kuat di negeri muslim, karena di setiap negeri muslim banyak agen dan boneka AS dan Israel.
Karena itu pula, tahun 2003 AS dengan beraninya mengerahkan 300.000 militernya untuk menyerang umat Islam di Iraq, lebih dari satu juta umat Islam harus tewas disana dan 14.000 warga Iraq hilang sejak invasi teroris AS.
Setelah institusi Khilafah Islam dihapus, Israel telah melakukan kebiadaban di luar batas kemanusiaan terhadap umat Islam sejak puluhan tahun lalu. Pekan-pekan ini adalah pengulangan yang ke sekian kalinya. Sejak 1947 tercatat 24 kali peristiwa pembantaian umat Islam yang dilakukan tangan-tangan najis bangsa kera tersebut. Sejak 1967, 18.147 rumah warga Palestina dihancurkan. Sejak 1992, lebih dari 65 resolusi DK PBB dikeluarkan untuk menghentikan tindakan brutal Israel. Namun, tak satu pun yang dilaksanakan PBB. Sejak tahun 2000, lebih dari 33.034 warga Palestina cedera, 4.876 tewas, termasuk 1050 anak-anak.
Kini di Suriah, di mana kejahatan dilakukan rezim Assad. Pasukan keamanan memukuli kaki para tahanan sampai luka parah dan kemudian melemparkan mereka ke dalam sel yang diisi dengan air dan garam. Saat ini jumlah korban yang terbunuh telah mencapai lebih dari 5.000 orang, lebih dari 100.000 orang di kerangkeng, dan tidak diketahui entah berapa yang sudah dibunuh dengan disiksa dan seberapa yang masih hidup di penjara-penjara.
Pada tahun 2005 lalu, Koran Jyllands-Posten Denmark menerbitkan kartun-kartun Nabi Muhammad. Dalam kartun itu digambarkan Rasulullah membawa pedang dan menenteng bom.
Al-Quran dan Islam pun dilecehkan. Maret 2008, beredarlah film Fitna. Dalam tayangan awal film tersebut dimunculkan kartun Nabi saw. bersorban dan di kepalanya terselip bom. Lalu ditayangkan ayat al-Quran dan terjemahannya. Berikutnya digambarkan peristiwa Peledakan WTC dan berbagai peledakan lainnya. Secara keseluruhan, film tersebut menyebarkan pesan bahwa al-Quran adalah sumber kekerasan, Nabi Muhammad saw. adalah teroris dan Islam adalah agama pemicu kerusakan.
Sikap Penguasa di Negera-Negara Islam
Di manakah militer umat Islam? Di mana militer Mesir, Suriah, Jordan, Yaman? Atau Indonesia? Untuk siapakah militer-militer itu disediakan?
Inilah kebangkrutan besar umat Islam saat ini. Mereka hidup di bawah asuhan para pemimpin yang ‘impoten’. Para penguasa negeri-negeri Islam itu telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya dan kaum Muslim. Diamnya mereka tanpa memberikan pertolongan kepada kaum Muslim Palestina, Afghanistan, dan Syuriah adalah bentuk persengkokolan jahat mereka dengan bangsa-bangsa kafir. Mereka persis seperti orang-orang munafik yang sejak awal kelahiran Islam di Yasrib bersekongkol dengan orang-orang Yahudi untuk mengeliminasi Rasulullah dan kaum Mukmin.
Hari ini kita menyaksikan wajah-wajah para penguasa Muslim itu. Para penguasa negeri-negeri Islam saat ini menarik diri dari perannya atas nasib kaum Muslim di Palestina dan Negara lain. Mereka lebih membela kepentingan mereka sendiri. Mereka melatih para tentara dan pasukan keamanan hanya untuk memberangus umat Islam dan bukan untuk membela kepentingan umat Islam. Akibatnya solidaritas kaum Muslim di berbagai negeri hanya menjadi opini miss solusi praktis.
Solusi Khilafah
Dulu tahun 837, ketika umat Islam masih memiliki satu pemimpin dan satu negara, khalifah al-Mu’tasim Billah mengerahkan ribuan pasukan hanya untuk menyahut seruan seorang budak muslimah yang meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi. Kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya. Wanita itu lalu berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu’tashim Billah dengan lafadz yang legendaris: “Waa Mu’tashimaah!” “di mana kau Mutashim…tolonglah aku!”
Setelah mendapat laporan mengenai pelecehan ini, maka sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Ammuriah (Turki). Seseorang meriwayatkan bahwa panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari gerbang istana khalifah di kota Baghdad hingga kota Ammuriah (Turki), karena besarnya pasukan.
Prancis pernah merancang untuk mengadakan pertunjukan drama bertemakan “Muhammad atau Kefanatikan”. Di samping mencaci Rasulullah, drama tersebut menghina Zaid dan Zainab. Ketika Khalifah Abdul Hamid mengetahui berita tersebut, beliau segera memberikan ancaman kepada Pemerintah Prancis supaya menghentikan pementasan drama tersebut. Beliau mengingatkan bahwa ada tindakan politik yang akan dihadapi Prancis jika tetap meneruskan dan mengizinkan pementasan tersebut. Prancis akhirnya membatalkan.
Tidak berhenti sampai di situ. Mereka merencanakan untuk menyelenggarakan pementasan serupa. Sekali lagi, Khalifah Abdul Hamid memberikan ancaman kepada Inggris. Inggris menolak ancaman tersebut. Alasannya, tiket sudah terjual habis dan pembatalan drama tersebut bertentangan dengan prinsip kebebasan (freedom) rakyatnya. Setelah mendengar sikap Inggris, sang Khalifah menyampaikan, ”Saya akan mengeluarkan perintah kepada umat Islam dengan mengatakan bahwa Inggris sedang menyerang dan menghina Rasul kita! Saya akan mengobarkan jihad akbar!”
Melihat keseriusan Khalifah dalam menjaga kehormatan Rasulullah tersebut, Pemerintah Inggris segera membatalkan pentas tersebut.
Semoga Ummatic Week menjadi sumber inspirasi agar kita semua kaum Muslimin dari berbagai Negara untuk bersatu dengan satu kepemimpinan Islam. Amin*
Penulis adalah Mahasiwa Master of Political Science di IIUM