Oleh: Robigusta Suryanto
BEBERAPA hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 17 April 2014 di sebuah rumah bekas pengusaha asal Padang yang bernama Hasyim Ning di jalan Cikini 24, Jakarta Pusat sedang berkumpul sejumlah tokoh Islam dari ormas dan Parpol berbasiskan Islam.
Menurut panitia, setidaknya sekitar 20-an tokoh yang diundang, namun kenyataannya hanya beberapa saja yang memenuhi undangan tersebut. Menurut pantauan hidayatullah.com, di antara tokoh yang hadir, yakni Bachtiar Nasir (inisiator), K.H Cholil Ridwan (moderator), H Amidhan (MUI), Dr Amien Rais, Azwar Abu Bakar, Anis Matta, Fahri Hamzah, Emron Pangkapi, dan Dr Hidayat Nurwahid dan perwakilan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Acara yang diprakarsai oleh Tim Pelaksana Koalisi Politik Islam yang diketuai Bachtiar Nasir ini awalnya dinilai sebagai respons dan tindak-lanjut dari peraihan suara Parpol Islam signifikan cukup kuat. Apalagi desakan umat Islam agar partai-partai Islam atau partai-partai berbasis Islam bersatu cukup tinggi. Perolehan partai Islam bahkan dinilai menjungkirbalikan lembaga-lembaga survey yang selama ini cukup ‘tak menghendaki’ partai Islam hidup.
Bachtiar Nasir mengatakan, keinginan koalisi parpol Islam didasari desakan dari arus bawah ormas-ormas Islam yang menginginkan parpol Islam bersatu untuk mengusung pasangan capres. Mengenai figur yang akan diusung, Bachtiar menyebutkan ada beberapa nama yang bisa menjadi tokoh sentral koalisi, antara lain Jusuf Kalla, Mahfud MD, Rhoma Irama, Ahmad Heryawan, Anis Matta dan Hidayat Nur Wahid.
Langkah inisiator koalisi ini bukanlah pertama. Pertemuan Cikini sesungguhnya tindak lanjut dari “Musyawarah Kepemimpinan Nasional”di AQL Islamic Center, jalan Tebet Utara 1 nomor 40, Jakarta Selatan, Senin (14/04/2014).
Kala itu sejumlah tokoh umat hadir, di antaranya KH Cholil Ridwan (Ketua MUI), KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i (ulama Betawi), Muhammad al-Khathath (Sekjen Forum Umat Islam), Dr Adian Husaini (tokoh MIUMI), Zaitun Rasmin, LC (pimpinan umum Wahdah Islamiyah), Abu Jibril (Wakil Amir Majelis Mujahiddin), Habib Muchsin Al-Atas (Ketua Umum FPI), Muchdi Purwoprandjono (mantan Danjen Kopassus), dan MS Ka’ban (Ketua Umum Partai Bulan Bintang). Dua nama terakhir datang agak terlambat.
Sebelum masuk ruang ‘pertemuan Cikini’, Amien Rais mengatakan bahwa pertemuan ini untuk kepentingan seluruh masyarakat Indonesia. Kala itu, ia mengeluarkan istilah ‘Poros Indonesia Raya’, poros yang lebih luas dari kalangan Islam, begitu ia menyebutkan.
“Kalangan nasionalis, jadikan ini sebagai presentatif. Hindu, Budha, Konghucu, dan Kristen silahkan masuk. Tetap acuannya Pancasila dan UUD 1945,” ucap Mantan Ketua MPR RI ini.
Ia berharap, jika parpol berbasis Islam ingin berkoalisi alangkah baiknya saling sepaham dan saling peka. “Saling bertransformasi. Saling setel,” tambahnya di saat usai acara.
Hal yang sama juga disampaikan Sekretaris Majelis Penasehat Pusat PAN Azwar Abu Bakar. Ia menyampaikan jika untuk persatuan dan kesatuan bangsa tetaplah valid. Dengan adanya pertemuan ini, menurutnya yang lebih penting adalah persamaan visi dan misi lebih dulu. Dan jika memang adanya persamaan, koalisi akan terjadi. Di samping itu ia berpesan, jika terjadinya koalisi Parpol Islam dijamin tidak akan adanya perlakuan eksklusif.
“Untuk persatuan itu selalu validitas, Satukan visi lebih dulu. Jika terjadi, koalisi ini tidak akan ada yang eksklusif,” ucap Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi kepada awak media malam itu.*/bersambung menariknya Anis Matta…