Oleh: Andi Ryansyah
BELUM lama ini sebuah komik remaja berjudul “Why? Puberty (Pubertas)” ditarik dari peredaran karena telah mempropagandakan Lesbian Gay Biseks Transgender (LGBT).
Dalam komik itu terdapat adegan anak perempuan yang mengatakan, “Jika seorang transgender dengan jiwa perempuan mencintai seorang laki-laki, itu wajar saja, bukan?” Lebih dari itu, ada juga adegan anak perempuan yang memerhatikan dua anak laki-laki yang berpegangan tangan mengekspresikan rasa sayang.
Kemudian, ada anak perempuan dalam cerita itu juga mengatakan “Setiap orang punya hak untuk mencintai dan dicintai, dan bila mereka mencintai sesama jenis, itu adalah pilihan. Jika boleh memilih, tentu saja mereka ingin memilih sesama jenis.”
Seperti diketahui, bahwa LGBT sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu sangatlah tidak bijak dan toleran bila komik itu dipropagandakan di negeri yang mayoritas penduduknya muslim.
Mengenai pubertas sendiri sebenarnya berkaitan dengan materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) -khususnya sistem reproduksi manusia- di SMP/MTS, yang mendesak untuk ditanamkan nilai-nilai keimanan. Sebab data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan pada tahun 2010 di Jabodetabek, remaja yang hilang keperawanannya mencapai 51 %.
Kemudian di Bandung sebesar 47 %, Yogyakarta 37 %, Surabaya 54 %, dan Medan 52 %. Yang tak kalah memprihatinkan, hasil penelitian Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di 12 kota besar di Indonesia pada tahun 2007 menyatakan 92 % pelajar pernah melakukan kissing, petting, dan oral sex, 62% pernah melakukan hubungan intim, dan 22,7 % siswi SMA pernah melakukan aborsi.
Pertanyaannya, apakah buku pelajaran IPA sebagai rujukan di seluruh lembaga pendidikan formal yang pengaruhnya tentu lebih signifikan dari komik tersebut, sudah menanamkan nilai-nilai keimanan? Buku IPA di Indonesia pada umumnya berkiblat kepada Barat.
Indikasi sederhananya dapat dilihat dari isi buku yang menokohkan ilmuwan-ilmuwan Barat seperti Darwin, Einstein, Newton, Copernicus, Aristoteles, Boyle, dan lain sebagainya.
Meminjam istilah Dr.Hamid Fahmy Zarkasy, sains Barat tidak memeberikan tempat bagi wahyu, agama, bahkan Tuhan , sementara buku IPA di Indonesia umumnya meniru model Sains Barat, akibatnya sedikit banyak nilai sekularistik mewarnai buku IPA.
Materi sistem reproduksi manusia dalam buku IPA yang berjudul “Ilmu Pengetahuan Alam 3 untuk SMP/MTs Kelas IX” yang ditulis Nenden Fauziah, Berlian Nurcahya, dan Naeli Nurlaeli dan diterbitkan tahun 2009 oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, setelah penulis kaji, penulis menemukan sedikit banyak nilai sekularistik dalam buku tersebut. Sehingga perlu ditanamkan nilai-nilai keimanan.
Indikasi pertama, tidak ada kata Allah dan dalil Qur’an-Sunnah dalam materi tersebut. Kemudian ke-Mahapenciptaan Allah ditiadakan.
Pada halaman 7 disebutkan “Organ reproduksi laki-laki terdiri atas testis, saluran pengeluaran, dan penis.” Kalimat itu dapat diubah sedikit menjadi: Allah telah menciptakan organ reproduksi laki-laki yang terdiri atas testis, saluran pengeluaran, dan penis.
Kemudian pada halaman 8 ditemukan kalimat sebagai berikut: “Proses kehamilan akan terjadi jika ovum dibuahi oleh sperma. Peristiwa pembuahan ovum oleh sperma disebut fertilisasi. Fertilisasi terjadi pada tuba Fallopi. Sel telur yang telah dibuahi disebut zigot. Zigot bergerak menuju rahim. Dalam perjalanannya menuju rahim, zigot membelah berulang kali membentuk embrio. Selanjutnya, embrio akan menempel pada dinding rahim. Embrio akan tumbuh dan berkembang di dalam rahim membentuk janin.”
Kalimat itu dapat dikuatkan dengan penjelasan Qur’an surat Al-Mu’Minun ayat 12-13 yang artinya: “Kami jadikan anak keturunan Adam dari pembuahan sel telur oleh sperma. Hasil pembuahan itu tersimpan dalam rahim dengan baik. Kemudian kami jadikan pembuahan itu sebagai segumpal darah. Dari segumpal darah, Kami jadikan segumpal daging. Dari segumpal daging Kami jadikan tulang belulang. Lalu kami selimuti dengan daging. Dari tulang belulang yang diselimuti daging itu Kami ciptakan seorang manusia baru. Allah Mahasuci dari segala kekurangan dalam menciptkan manusia dan Tuhan sebaik-baik pencipta.”
Indikasi kedua, tujuan pembelajarannya masih jauh dari tujuan yang Islami.
Lebih kepada tujuan untuk memenuhi kebutuhan praktis duniawi. Pada halaman 1, ditemukan tujuan pembelajaran “Mendeskripsikan sistem reproduksi dan penyakit yang berhubungan dengan sistem reproduksi pada manusia.“ Tujuan itu dapat ditambahkan tujuan-tujuan Islami seperti mengenal Allah sebagai pencipta dan pengatur sistem reproduksi, mensyukuri nikmat yang Allah berikan berupa organ reproduksi yang sehat saat ini, dan menumbuhkan rasa takut bila melanggar ajaran Islam yang dihubungkan dengan penyakit dalam sistem reproduksi manusia.
Indikasi ketiga, tidak terdapat larangan dan ancaman yang berlandaskan syariat Islam.
Pada halaman 9 ditemukan kalimat “Namun pada umumnya penyakit kelamin yang mematikan disebabkan oleh sikap hidup manusia seperti seks bebas dan penggunaan narkoba dengan jarum suntik.” Kalimat itu dapat ditambahkam dengan surat Al-Isra ayat 32 dan Al-Furqan ayat 68-69 seperti berikut: Selain disebabkan oleh virus dan bakteri, pada umumnya penyakit kelamin seperti AIDS, sifilis dan gonorhoe disebabkan oleh perzinahan,hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan, hubungan seks dengan tunasusila. Allah melarang dalam Qur’an surat Al-Isra ayat 32 yang artinya “Janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang kotor dan prilaku hidup yang buruk.” Kemudian Allah mengingatkan kepada kita dalam Qur’an surat Al-Furqan ayat 68-69: “Juga orang-orang yang tidak mau menyembah Tuhan-Tuhan selain Allah, tidak mau membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan jalan yang dibenarkan syariat, dan tidak mau berzina. Siapa saja yang berzina atau membunuh dengan cara melanggar syariat, ia akan mendapat adzab yang berat. Pada hari kiamat, ia mendapatkan azab yang berlipat ganda di neraka dan terhina selama-lamanya.”
Dasar Keimanan
Sebagaimana dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia adalah negara yang didirikan atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, maka sudah sepatutnya nilai-nilai agama atau keimanan dijadikan dasar dalam seluruh bidang kehidupan rakyat Indonesia, termasuk di dalam buku IPA. Sila pertama Pancasila yang bunyinya Ketuhanan Yang Mahaesa semakin menguatkan hal ini karena mencerminkan konsep manusia ideal menurut bangsa Indonesia yaitu manusia yang ber-Ketuhanan Yang Mahaesa atau dengan kata lain dapat disebut juga manusia yang beriman.
Kemudian salah satu tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Mahaesa. Sofyan Sauri menyebutkan bahwa tujuan ini menunjukkan nilai inti pembangunan karakter bangsa berorientasi mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Mahaesa. Ini menunjukkan bahwa nilai keimanan menjadi tujuan utama pendidikan di Indonesia sehingga buku IPA harus dilandasi oleh tujuan ini.
Program pemerintah seperti kurikulum 2013 yang mengedepankan pendidikan karakter memberikan alasan yang lebih kuat perlunya buku IPA berbasis nilai keimanan. Karena dalam kurikulum 2013, kompetensi inti dan kompetensi dasar IPA yang pertama kali disebutkan mengenai penanaman dan penerapan nilai keimanan.
Dengan demikian, penulis, editor, penerbit, dan pemerintah perlu bersinergi dalam menyusun buku IPA khususnya materi reproduksi manusia dengan basis nilai keimanan agar siswa-siswi Indonesia beriman dan berakhlak mulia. Buya Hamka pernah berkata: “Tidaklah disebut beriman jika tidak diikuti amal shalih, begitu juga tidak disebut beramal shalih jika tidak timbul dari iman.” Artinya akhlak mulia hanya dapat diwujudkan oleh seseorang yang memiliki keimanan. Wallaahu a’lam.*
Mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta