Oleh: Ady Amar
Hidayatullah.com | Entah sudah berapa ratus ulama yang Engkau panggil. Ada yang coba menghitung, sudah 800 lebih, bahkan yang lain menghitung, sudah 900 lebih. Itu belum termasuk ulama di perkampungan dan guru ngaji. Maka jumlahnya tentu sulit bisa dihitung berapa pastinya. Tidak semacam dokter atau tenaga nakes, yang gugur meninggal dalam tugas kemanusiaan, jumlahnya bisa diketahui, karena lembaganya (IDI) selalu mencatat dengan baik.
Setiap hari ada saja ulama yang Engkau panggil menghadap-Mu, padahal banyak umat yang masih membutuhkan nasihat akan ilmunya. Jika tiap hari ulama dengan kapasitas ilmu memadai terus Engkau panggil, lalu bagaimana kelangsungan pengajaran pada umat. Tentu sedikit banyak, bahkan akan banyak dirasa adanya kekosongan ditimbulkan.
Engkau panggil mereka, itu lantaran rasa kasih sayang-Mu, agar mereka tidak terlalu lama menderita di dunia yang makin sengkarut ini, apakah karena itu lalu Engkau hadiahi dengan gelar Syahid… Apakah lantaran alasan itu, Engkau panggil mereka? Atau ada alasan lainnya yang hanya Engkau saja yang tahu. Tiadakah Engkau ingin berbagi pengetahuan, mengapa harus memanggilnya terus-menerus saban waktu.
Umat menanyakan ini pada-Mu dalam sirr di hatinya. Tidak banyak yang berani berdialog dengan-Mu, bertanya langsung, maka biarkan aku yang bodoh ini memberanikan diri memasuki wilayah tabu yang tak semestinya untuk ditanyakan. Mengapa memiiih para ulama dan guru kami yang Engkau panggil, padahal kehadirannya masih amat dibutuhkan.
Maka banyak yang ingin aku tanyakan pada-Mu, wahai Dzat yang menghidup dan matikan makhluknya, sekehendak-Nya… Mengapa Engkau terus panggil ulama lurus istiqomah yang membela agama-Mu, aku takut pembelaan terhadap agama-Mu akan berkurang dan musuh-musuh akan makin jumawa mengecilkan bahkan menghina agamamu dengan terang-terangan.
Maka Ya Allah, sudah terlalu banyak yang Engkau panggil, jangan lagi dan lagi Engkau panggil ulama kami, sepertinya Engkau tanpa bosan-bosannya. Jangan buat kami terus terpuruk ditinggal satu persatu ulama panutan. Memang kami bodoh, sehingga tidak tahu di balik rahasia Engkau panggil mereka itu.

Tolong beri kami sedikit pengetahuan akan rahasia-Mu itu, agar kami bisa tenang menatap masa depan di mana anak-anak dan cucu-cucu kami hidup. Dan itu tentang keberlangsungan agama-Mu, jika para ulama panutan itu Engkau panggil satu persatu. Bagaimana nasib mereka nantinya, jika para “penuntun” yang mengajarkan dan membela agamamu hanya disisakan sedikit.
Tidak semua rahasia-Mu memang bisa tampak, dan itu bisa jadi karena hati kami sudah gelap, tidak mampu melihat isyarat-Mu itu. Dan itu karena perbuatan dosa-dosa kami yang terus menumpuk. Menjadi tak pantas kami menyandang gelar khalifah di bumi-Mu. Terkadang sifat dan laku kami ini laksana binatang, bahkan lebih buruk lagi.
Bisa jadi karena itu lalu Engkau “menjewer keras” kami dengan wabah mengerikan, yang bisa jadi akan sulit bisa berakhir dengan cepat, jika itu tidak ada campur tangan-Mu untuk menghentikannya. Engkau akan terus “menjewer” kami, karena kesadaran diri melihat musibah itu belum bertumbuh. Bahkan dengan tingkat keprihatinan kami yang rendah.
Rahasia-Mu itu mestinya tergambar dalam Kalam-Mu, memberi kebaikan dengan kebaikan, dan murka saat kebaikan-Mu berbalas dengan perbuatan munkar dan maksiat. Bisa jadi itu yang membuat-Mu murka, dan lalu Engkau panggil satu persatu para ulama panutan kami itu dengan meninggalkan kami sempoyongan tanpa pembimbing.
Mengapa Engkau memilih para Ulama itu, apakah Engkau sedang menyelamatkan mereka dari fitnah dunia, atau karena apa? Beri kami penjelasan wahai Dzat yang Maha Mengetahui, mengapa mesti dengan memanggil para Ulama kami. Mengapa tidak Engkau panggil para bedebah yang bermain-main dengan agama-Mu, para munafikun yang terang-terangan mengejek agama-Mu secara terang-terangan, dan tidak tersentuh hukum dunia.
Mengapa tidak mereka yang terang-terangan berlaku nista, yang Engkau azab dengan wabah itu. Mereka yang jelas-jelas zalim pada agama-Mu malah Engkau selamatkan dari wabah ini. Beberapa dari para munafikun itu memang ada yang merintih-rintih kesakitan dihantam wabah, saat dirawat di rumah sakit. Tapi tidak menyebabkannya mati. Sehat bugar kembali, dan lalu perangai buruknya tetap dimunculkan.
Ada apa sebenarnya Ya Allah dengan itu semua… mengapa yang membela agama-Mu Engkau panggil, sedang yang zalim Engkau selamatkan. Kami sungguh tidak mengerti Rahasia apa yang sedang Engkau mainkan. Beri kesadaran kami untuk bisa melihat isyarat-Mu itu. Atau mungkin Engkau sudah memberi isyarat, tapi justru kami yang tidak mampu melihatnya. Dan itu karena dosa-dosa di antara kami, yang itu membuat-Mu murka dengan memanggil para Ulama dan orang-orang baik, dan itu kerugian besar bagi kami, terutama masa depan anak-anak dan cucu-cucu kami.
Ya Allah, mengapa Engkau balas perbuatan dosa dan nista, itu mesti dengan memanggil mereka yang suci, yang justru bisa menjadi pembimbing melangkah ke arah semestinya. Kami tidak mampu menguak isyarat-Mu itu, jika Engkau tidak membuka hati dan pikiran kami. Maafkanlah kami, sehingga Engkau menghukum dengan cara-Mu memanggil para Ulama dan orang-orang baik.
Ya Allah… berapa puluh lagi, bahkan ratus lagi Ulama panutan itu akan Engkau panggil, atau bahkan Engkau tidak akan sisahkan meski sedikit pun dari mereka untuk kami yang masih membutuhkan bimbingannya. Dan memang kuasa-Mu untuk memanggil siapa saja yang Engkau kehendaki, tanpa kami bisa berbuat apa-apa. Ya Allah… rasanya sudah terlalu banyak… (*)
Kolumnis, tinggal di Surabaya