Oleh: Amir Sahidin
Hidayatullah.com | Sudah menjadi suatu keniscayaan bahwa setiap manusia membutuhkan orang lain untuk saling berinteraksi dan saling tolong menolong. Karenanya, orang yang terbaik merupakan mereka yang mampu memberi banyak manfaat bagi orang lain. Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi manusia” (Musnad al-Syihab, no: 1234). Terlebih di masa pandemi covid-19 ini, di mana banyak saudara-saudara kaum Muslimin yang membutuhkan pertolongan dan bantuan, maka tentu pahala yang di dapat dari sedekah atau bantuan dalam kondisi seperti ini, lebih banyak ditimbang kondisi biasa (HR. Muslim, no: 2699).
Selain itu, sikap pemberi pertolongan dan penyelesai masalah atau disebut juga dengan problem solver merupakan sikap yang harus dimiliki orang umat Islam. Hal ini karena, Rasulullah merupakan teladan terbaik dalam menjadi problem solver dan memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi umat manusia.
Sejak usia muda Rasulullah terkenal dengan al-amin atau (dapat dipercaya) dan amanah dalam menjaga barang titipan (al-Mubarakfuri, Rahiq al-Makhtum, 54). Bahkan beliau pernah menyelesaikan perdebatan sengit ketika hendak meletakkan hajar aswad ke tempatnya setelah terjadi kerusakan parah (al-Mubarakfuri, Rahiq al-Makhtum, 52).
Tidak hanya Rasulullah, para sahabat juga merupakan problem solver, Abu Bakar pernah menjadi tempat konsultasi, membebaskan budak yang terzalimi, dan pernah menjadi solusi dalam proses hijrahnya Rasulullah menuju Yatsrib (Madinah); Mus’ab bin Umair pernah mempersiapkan kebutuhan tempat hijrah Rasulullah; Utsman bin Affan membeli sumur Raumah dan menginfakkan banyak hartanya untuk perang Tabuk; bahkan, seluruh sahabat di sekitar Rasulullah merupakan para problem solver.
Oleh karena itu, di tengah pandemi Covid-19 seperti ini, kaum Muslimin hendaknya dapat memberi andil dan menjadi solusi dari sekian persoalan yang ada akibat pandemi Covid-19, baik memberi bantuan uang, pekerjaan, barang, hingga mencurahkan pikiran dan tulisan guna mencari solusi dan memotivasi mereka yang bersedih hati.
Karenanya, dalam makalah ini kami akan membahas tentang pentingnya menjadi Muslim problem solver di tengah pandemi covid-19.
Pengertian dan Keutamaan Muslim Problem Solver
Problem solver adalah solusi dari suatu masalah. Sedangkan yang dimaksud dengan masalah adalah adanya perbedaan antara apa yang terjadi (actual) dengan apa yang diharapkan dari individu atau hal lainnya. Sehingga, problem solver merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memberi dan mengatasi suatu masalah, bukan problem maker (pembuat masalah) atau penambah masalah.
Problem solver merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seluruh manusia, terutama bagi umat Islam. Disebutkan oleh al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir dan Ibnu Abi Dunya dalam Qadha’u al-Hawadits bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Al-Qadlaa’iy dalam Musnad Asy-Syihaab no. 129, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 5787).
Rasulullah ﷺ bersabda,
وَإِنَّ سُوْءَ الْخُلُقِ يُفْسِدُ الْعَمَلَ كَمَا يُفْسِدُ الْخَلُّ الْعَسَلَ
“Dan sesungguhnya akhlak yang buruk merusak amal (shaleh) sebagaimana cuka yang merusak madu. “ (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Awshath (I/259 No. 850), dan Al-Mu’jam Al-Kabiir (X/319 No. 10.777).
Rasulullah juga pernah bersabda;
حفظه الله عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا ، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًـا ، سَهَّـلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَـى الْـجَنَّةِ ، وَمَا اجْتَمَعَ قَـوْمٌ فِـي بَـيْتٍ مِنْ بُـيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ ، وَيَتَدَارَسُونَـهُ بَيْنَهُمْ ، إِلَّا نَـزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ ، وَغَشِـيَـتْـهُمُ الرَّحْـمَةُ ، وَحَفَّـتْـهُمُ الْـمَلاَئِكَةُ ، وَذَكَـرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ ، وَمَنْ بَطَّـأَ بِـهِ عَمَلُـهُ ، لَـمْ يُسْرِعْ بِـهِ نَـسَبُـهُ
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , Nabi ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allâh akan menutup (aib) nya di dunia dan akhirat. Allâh senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allâh akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allâh (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman akan turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allâh menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang diperlambat oleh amalnya (dalam meraih derajat yang tinggi-red), maka garis keturunannya tidak bisa mempercepatnya.” (Al-Hadits)
Selain itu, mereka yang mampu menjadi problem solver sangat dibutuhkan oleh orang tua, teman, masyarakat dan bahkan pemerintahan. Karakter inilah yang akan menjadi solusi dalam menghadapi dampak negatif di masa pandemi Covid-19 saat ini, karena setiap orang berfikir untuk menjadi penyelesai masalah bukan malah menambah berbagai masalah yang ada.
Maka, karakter ini merupakan karakter yang harus dimiliki oleh umat Islam agar mampu menyelesaikan masalah dan berlaku adil kepada masyarakatnya.
Problem Solver Era Pandemi
Tidak bisa dipungkiri bahwa pandemi Covid-19 yang terjadi selama lebih dari setahun ini telah membawa dampak negatif yang begitu banyak, baik pada sektor pendidikan, ekonomi, politik, sosial budaya, dan bahkan tata cara beribadah kaum Muslimin. Dari sisi pendidikan misalnya, sebelum pandemi Covid-19 pembelajaran dilaksanakan dengan cara tatap muka sehingga transfer ilmu, akhlak dan adab dapat dilakukan dengan maksimal, namun sekarang pembelajaran seringkali dilaksanakan dengan cara online, tentu hal ini membutuhkan solusi agar transfer akhlak dan adab pun tetap terlaksana dengan baik dan maksimal.
Dari sisi ekonomi pun tidak lebih baik, di mana dampaknya tidak hanya dirasakan oleh pedagang kaki lima dan pemilik restoran, bahkan hingga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengalami kerugian besar, jika dirupiahkan mencapai triliunan rupiah (https://m.liputan6.com). Demikian dengan masalah politik, sosal budaya dan bahkan tata cara pelaksanaan ibadah kaum Muslimin, semuanya mendapat dampak negatif dari pandemi covid-19 ini yang bisa dirasakan dan dicari data-datanya di media sosial. Semua ini tentu membutuhkan berbagai solusi baik bersifat teori maupun aplikatif.
Oleh karenanya, seorang Muslim hendaknya menjadi problem solver. Karena karakter ini sejatinya merupakan karakter turun-temurun sejak Nabi Adam diturunkan ke bumi, hingga para nabi dan rasul dalam menyelesaikan masalah serta ujian para pengikut-pengikutnya, kemudian diteruskan oleh nabi terakhir, Nabi Muhammad dan para sahabat-sahabatnya. Hal ini karena sudah menjadi sunah kauniyah, bahwa Allah akan menguji para hamba-Nya. Secara tegas Allah Ta’ala berfirman.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji?”. “Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (QS: Al-Ankabut: 2-3).
Ayat di atas menunjukkan bahwa kehidupan orang yang beriman ini penuh dengan ujian dan masalah, yang dengannya Allah akan mengetahui siapakan yang mampu untuk menjadi solusi dari berbagai masalah dan ujian yang Allah ujikan. Berbagai ujian tersebut akan menimpa setiap orang baik diri sendiri, keluarga, sabahat, orang-orang yang disayangi, dan bahkan negara tempat tinggal.
Maka merupakan sikap luhur dan mulia jika seseorang mampu menajadi problem solver bagi diri sendiri, keluarga dan orang-orang lainnya.
Penutup
Dari berbagai pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, problem solver merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memberi dan mengatasi suatu masalah, ia merupakan lawan dari problem maker.
Problem solver merupakan sifat para nabi, rasul dan orang-orang shalih terdahulu. Dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini, tentu sangat diperlukan orang-orang yang mampu memberi solusi dari sekian dampak negatif yang disebabkan olehnya.
Solusi tersebut baik berbetuk teori, seperti sumbangsih ide, gagasan, tulisan, penelitian untuk menghilangkan dan mengurangi dampak buruk pandemi Covid-19; maupun aplikatif, seperti memberi sedakah, bantuan, dana, motivasi, saling tolong-menolong, dan lain sebagainya. Semoga kita termasuk Muslim problem solver.*
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Darussalam Gontor