Oleh: Guntara Nugraha Adiana Poetra
YA ALLAH , Dzat yang Maha membolak-balikan hati, kami mohon tetapkanlah hati kami dalam agamaMu yang lurus ini. Ya Robbana
Salam sejahtera kami haturkan teruntuk saudara-saudara yang terlahir dari rahim ibu pertiwi, seiring dengan doa yang senantiasa terucap, kami awali surat ini dengan firmanNya.
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. (QS. Al Baqarah: 147)
Berhubungan dengan maraknya berita seputar pergerakan, organisasi maupun aliran yang menjadi sorotan publik. Maka izinkan kami dengan segala kerendahan hati memberi sedikit catatan, dengan harapan tiada lagi benang kusut yang menghiasi hari-hari.
Sejak zaman Nabi Adam sebagai cikal bakal manusia, yang “diperkirakan” hidup di lebih dari 6000 tahun silam, selama 10 abad manusia sejatinya sudah beragama, paska masa ini barulah Allah mengutus Nabi Nuh untuk meluruskan penyimpangan.
Pertanyaan sederhana, lantas apa dan bagaimana ajaran nenek moyang kita sebenarnya?
Untuk mengetahuinya tidak sulit, kita bisa merujuk kepada pernyataan nenek moyang para Nabi yang diabadikan dalam kitab suci Al Qur’an. Hal ini bisa menjadi referensi, maka perhatikan bagaimana nasehat Nabi Ibrahim, Nabi Yakub kepada anak-anaknya, perkataan Nabi Nuh serta munajat Nabi Yusuf.
(1) Nasehat Ibrahim dan Yakub kepada anak-anaknya;
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku (Isma’il dan Ishak)! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.
“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS. Al Baqarah: 132-133)
(2) Perkataan Nabi Nuh
“(Nuh berkata) dan aku diperintah (Allah) supaya aku termasuk golongan orang-orang muslim (berserah diri kepadaNya).” (QS. Yunus: 72)
(3) Munajat Nabi Yusuf
“(Yusuf berkata) Ya Tuhan Pencipta langit dan bumi. Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.” (QS. Yusuf: 101)
Islam ajaran nenek moyang
Pertanyaan sederhana berikutnya, sejak kapan ada istilah “Islam” di muka bumi, konon sejak era Abraham (Ibrahim), betulkah?
Pelafalan kata “Islam” (الإسلام) dan penisbatan “muslim” (المسلم) kepada penganutnya sudah ada sejak ribuan tahun sebelum Nabi Muhamamd dan Nabi Isa (Yesus) dilahirkan, bahkan sejak zaman Nabi Ibrahim istilah ini sebenarnnya sudah muncul. (Al Hajj: 78)
Islam (الإسلام) dalam bahasa Arab berarti berserah diri kepada Tuhan semesta alam, semakin pasrah, maka semakin benar beragamanya. Dengan demikian definisi muslim ialah mereka yang senantiasa pasrah kepada Tuhannya dengan tidak menyekutukanNya sebagaimana ajakan para utusan Tuhan.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ
“Dan sungguh, Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[sesembahan selain Allah] itu.” (QS. An Nahl: 36)
Nabi Ibrahim merupakan “syi’ah” (الشيعة) bagi leluhurnya yaitu Nabi Nuh, “syi’ah” dalam bahasa Al Qur’an ia bermakna pendukung, pembela, pengikut setia atau segolongan dalam keimanan kepada Allah Ta’ala. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Al Qur’an di surat Ash Shaffat ayat 83.
وَإِنَّ مِنْ شِيعَتِهِ لإِبْرَاهِيمَ
“Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk syiahnya (golongannya) (Nuh).”
Para Nabi senantiasa berserah diri hanya kepada Allah Ta’ala dalam segala urusan, jauh dari kesesatan, penyimpangan dan senantiasa meng-Esakan Tuhannya. Demikianlah ajaran para Nabi yang lurus dan benar.
Ke-Islaman Nabi Isa (Yesus) tidak lain sama seperti pendahulunya yaitu Nabi Musa, ke-Islaman Nabi Musa sama seperti Nabi Ibrahim, ke-Islaman Nabi Ibrahim sama seperti nenek moyangnya Nabi Nuh dan ke-Islaman Nabi Nuh sama seperti ajaran yang dianut manusia di era Nabi Idris hingga ke Nabi Adam. Hal ini pernah berlangsung selama 10 abad sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dalam Shahih Bukhari disebutkan sebuah hadist dari Ibnu Abbas, ia mengatakan, “Jarak antara Adam dan Nuh yaitu 10 abad, semua orang yang hidup pada masa itu memeluk Islam.” (Qashash Al Anbiyaa. Hal. 50)
Allah Ta’ala menegaskan bahwa para Nabi membawa misi sama, hanya saja para penganut paganisme, pelaku maksiat, penyembah setan maupun kalangan durhaka selalu menolak dan mendustakan apa yang dibawa para utusanNya, terasa berat bagi mereka untuk menerima kenyataan.
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhamamd) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. Asy Syuura: 13)
Hal ini pula yang turut diperjuangkan Nabi Isa (Yesus) kepada kaumnya Bani Israil untuk menyembah Allah semata, tiada yang lain!
Padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. (QS. Al Maa-idah: 72). * (Bersambung)