Oleh: Abdullah al-Mustofa
Allah Ta’ala berfirman:
قَالُوا يَا مُوسَى إِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ
Mereka berkata: “Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. (QS. Al-Maaidah [5]: 24)
Ayat di atas mengisahkan kaum Yahudi pengikut Musa a.s. yang tidak beradab kepada Musa a.s.. Mereka tidak mau menaati perintah Musa a.s. untuk berperang. Selain itu mereka bersikap kurangajar kepada Musa a.s. dengan mengatakan, “Pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Kami hanya duduk menanti di sini saja”. Sikap membangkang, serta sikap dan kata kasar mereka ini dipertegas oleh QS. An-Nisaa’: 46.
Kisah di atas adalah salah satu fragmen praktik pendzoliman terhadap utusan Allah. Sudah menjadi sunnatullah bahwa para nabi dan rasul didzolimi. Mereka selalu diolok-olok. Tidaklah datang seorang nabi pada suatu kaum melainkan pasti nabi itu didustakan dan diolok-olok (lihat QS. 6: 10, 13: 32, 15: 11, 18: 106, 21: 36, 41, 36: 30, 43: 37). Tidak ketinggalan nabi terakhir yang diutus untuk seluruh umat manusia, beliau mendapatkan berbagai macam olok-olok hingga dicap sebagai orang gila (lihat QS 15: 6). Lebih dari diolok-olok, mereka juga disiksa (lihat QS. 6: 34) hingga sebagian dari mereka dibunuh (lihat QS. 2: 61, 87, 91, 3: 21, 112, 181, 183, 4: 155, 157, 5: 70).
Dalam semua ayat dalam daftar terakhir di atas disebutkan bahwa para pelaku pembunuhan atas para nabi adalah Bani Israil (kaum Yahudi). Kaum Yahudi tidak sekadar mempunyai karakter tidak beradab kepada Allah dan para nabi mereka, tapi juga menganiaya dan berupaya membunuh para nabi – tanpa ada sebab dan kesalahan yang dibuat oleh para nabi terhadap mereka, tapi hanya karena para nabi itu menyeru mereka kepada perkara yang hak – sebagaimana disebutkan oleh QS. Al-Baqoroh: 61 dan QS. Ali Imron: 21, 112.
Ibnu Katsir menulis di dalam kitab tafsirnya sebuah riwayat dari Abdullah ibnu Mas’ud yang menyebutkan bahwa kaum Yahudi dahulu pernah membunuh tiga ratus nabi. Yang menjadi korban mereka bukan hanya para nabi, tapi juga para hukama’ yang mempunyai martabat di bawah para nabi yang mana mereka menggantikan para nabi yang telah dibunuh. Mereka adalah para cerdik pandai yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar sebagaimana disebutkan di dalam QS. Ali Imron: 21.
Pewaris Nabi: kewajiban dan konsekwensi
Rasulullah Saw. menyatakan bahwa para ulama’ adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak meninggalkan harta benda tapi ilmu. Jadi para ulama’ mewarisi ilmu dari para nabi. Sebagai pewaris ilmu dari para nabi maka ulama’ mempunyai kewajiban melanjutkan estafet perjuangan para nabi, yakni: 1. Menyampaikan kepada kaumnya bahwa Al-Haq itu haq dan bahwa Al-Bathil itu bathil; 2. Mengajak kaumnya untuk meniti jalan Al-Haq dan meninggalkan jalan Al-Bathil; 3. Menyampaikan dan menegakkan Al-Haq, meruntuhkan Al-Bathil serta melawan pembawa panji-panji Al-Bathil.
Seorang ulama’ jika melakukan satu aspek perjuangan nabi saja yang berkaitan dengan Al-Haq – apalagi yang berkaitan dengan Al-Bathil – pasti berlaku sunnatullah baginya, yakni didzolimi mulai dari difitnah, dibunuh karakternya, diteror, diintimidasi, dikriminalisasi, dipenjara, disiksa, hingga dibunuh jiwanya oleh berbagai pihak.
Akibat mendzolimi nabi dan pewaris nabi
Allah Ta’ala telah menyampaikan kabar gembira bahwa mereka yang membunuh para nabi dan orang-orang yang ber-amar ma’ruf nahi munkar akan mendapatkan siksa yang pedih di akhirat.
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِآَيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memamg tak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. (QS. Ali Imron [3]: 21)
Ibnu Katsir menyebutkan di kitab tafsirnya, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam ketika menafsirkan ayat di atas setelah ditanya Abu Ubaidali ibnul Jarrah r.a. siapakah yang paling keras adzabnya di akhirat beliau bersabda, “Seorang yang membunuh seorang nabi atau orang yang memerintahkan kepada kebajikan dan melarang kemungkaran.”
Meskipun sekadar mengolok-olok para nabi – dan tentu juga para pewaris nabi – Allah Ta’ala memberikan dua ancaman, yakni membinasakan dan memasukkan ke dalam neraka Jahannam.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَمْلَيْتُ لِلَّذِينَ كَفَرُوا ثُمَّ أَخَذْتُهُمْ فَكَيْفَ كَانَ عِقَابِ
Dan sesungguhnya telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka Aku beri tangguh kepada orang-orang kafir itu kemudian Aku binasakan mereka. Alangkah hebatnya siksaan-Ku itu! (QS. Ar-Ro’d [13]: 32) (lihat juga QS. 6: 10, 11, 36: 29 sd 31, 43: 6 sd 8)
ذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا آَيَاتِي وَرُسُلِي هُزُوًا
Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. (QS. Al-Kahfi [18]: 106)
Pelajaran dan harapan
Meskipun pendzoliman atas para ulama’ dan para pelaku amar ma’ruf nahi munkar lainnya adalah sunnatullah, mereka mendapatkan balasan yang sangat indah di akhirat serta para pelaku pendzoliman mendapatkan ancaman Allah namun jangan sampai kita yang mengaku sebagai umat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam diam saja (tidak bersuara dan tidak bereaksi) ketika ada sebagian dari mereka didzolimi.
Lebih dari itu kita jangan sampai termasuk mereka yang berkarakter seperti Yahudi yang suka melakukan dan atau mendukung pendzoliman atas para pelanjut perjuangan para nabi. Ingatlah, ancaman Allah di atas juga berlaku bagi kita jika berkarakter seperti Yahudi! Jika ada sebagian dari kita yang mempunyai karakter seperti Yahudi ini maka patut dipertanyakan keislaman dan keimanannya.*
Co-writer buku “Formula Mudah Sholat: Menyuburkan Erti Solat Dalam Kehidupan”, Must Read, Kuala Lumpur