Hidayatullah.com— Rektor Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor Prof Dr Hamid Fahmy Zarkasyi tidak ingin kampunya hanya sekedar menambah jumlah perguruan tinggi di Indonesia. Ia berharap UNIDA bisa berkontribusi dengan menjadi universitas yang berkualitas.
Penyataan ini ia sampaikan saat pidato di hadapan 210 wisudawan dan wisudawati, hari Ahad 5 Pebruari 2023. Dalam kesempatan tersebut ia menyampaikan, dalam tataran perguruan tinggi pesantren, UNIDA Gontor memiliki kelebihan yang harus terus dijaga dan dikembangkan yaitu sebagai universitas yang menerapkan sistem pesantren secara penuh dan komprehensif.
Hal tersebut belum ada pada lembaga pendidikan lainnya di Indonesia. “Ada pesantren yang memiliki perguruan tinggi, namun mahasiswanya tidak tinggal di pesantren. Ada perguruan tinggi yang bersistem pesantren namun tidak seluruh mahasiswa diasramakan,” ujarnya.
“Kita akan terus merealisasikan harapan pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor untuk menjadikan Universitas yang bermutu dan berarti,” ungkap Prof Hamid.
Ia lalu mengutip apa yang menjadi unek-unek pidato KH Ahmad Sahal pada pendirian IPD di tahun 1963, “Kami membuat pondok modern ini dimulai dari nol. Dimulai dari keadaan yang sangat sederhana sampai yang seperti ada sekarang ini dengan penandatanganan pendirian perguruan tingginya, dengan kesiapan kadernya, pergedungannya, tanah-tanah wakafnya, dan lain sebagainya.”
Lebih jauh, Prof Hamid Fahmy Zarkasyi menyampaikan acara wisuda UNIDA Gontor ke-40 ini lebih dari sekedar wisuda. Namun sebuah kesyukuran atas segala yang telah dicapai saat ini.
“Karena kesyukuran akan menambah nikmat-nikmat lagi yang lain,” ujarnya sambil memaparkan posisi UNIDA Gontor dalam peta Pendidikan Tinggi Indonesia dan dunia.
Menurutnya, Indonesia merupakan negara dengan jumlah universitas terbanyak ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan India. Indonesia memiliki 183 Universitas Negeri dan 3792 Universitas Negeri.
Bahkan di Jawa Timur saja terdapat lebih dari 300 perguruan tinggi. Dari segi jumlah mahasiswa, UNIDA Gontor memang tidak seberapa dibandingkan beberapa universitas lainnya.
“Namun kita tidak terpana dengan jumlah. Dengan hanya lima ribu mahasiswa di dalam asrama berbeda dengan ribuan mahasiswa di luar asrama, karena tanggung jawab pendidikannya lebih besar,” ujarnya.
Ia yakin, sistem asrama ini menghasilkan kualitas yang lebih baik, baik dari segi intelektualitas, mentalitas, maupun moralitas, sesuai dengan prinsip-prinsip pesantren. “Selanjutnya kami ingin tahu dari liang kubur, kami ingin melihat dari jauh, sampai mana generasi-generasi muda ini melanjutkan perjuangan kami dengan kapital yang ada sekarang,” ujarnya.
Ia menyinggung wasiat (Alm) KH Imam Zarkasyi yang pada waktu itu ditunjuk sebagai pejabat rektor. “Anak-anakku lanjutkan perjuanganmu. Kalau Pak Sahal mengatakan ‘dari nol menjadi seperti sekarang ini’ maka kamu dengan keadaan sekarang ini, dengan kapital yang ada sekarang ini, bisa meneruskan sampai di mana.”
KH Imam Zarkasyi lalu membuat suatu kiasan, “Kalau dahulu kita dapat menghasilkan orang yang dapat menjadi menteri, brigjen, maupun mayor, mudah-mudahan sesudah berdirinya perguruan tinggi lebih dari itu harapan kami.”
Menurutnya, saat ini UNIDA Gontor terus berjuang untuk meningkatkan diri dari segi pendidikan dan pengajaran, administrasi, tata kelola, serta SDM. Ia Kami berharap tiap prodi bisa menjadikan dosennya sebagai rujukan nasional.
“Pendidikan dan pengajaran harus bertaraf internasional. Bahasanya tidak ada lain selain bahasa Arab dan Inggris,” ungkap Prof Hamid.
Lebih daripada itu, pengabdian masyarakat juga akan dilaksanakan dalam tingkat internasional dengan bekerjasama dengan berbagai universitas internasional.*