Hidayatullah.com — Seorang pembawa acara talk show Mesir memicu kecaman setelah menghimbau warga Mesir yang kekurangan uang untuk makan daging kuda dan keledai, yang diklaimnya “sangat sehat”.
“Mengapa kita tidak makan daging keledai dan kuda? Mereka dijual dan dimakan di banyak negara,” kata Tamer Amin, pembawa acara Akher al-Nahar (bahasa Arab untuk sore hari) di saluran televisi lokal al-Nahar pada 8 Maret.
“Daging kuda sangat sehat dan aman, dan saya percaya itu tidak dilarang secara agama,” tambahnya, sehari sebelum badan statistik Mesir mengumumkan bahwa inflasi konsumen perkotaan telah melonjak ke level tertinggi dalam lima setengah tahun, mencapai 31,9 persen.
Dilansir MEE pada Jumat (10/03/2023), himbauan pembawa acara tersebut lantas dikritik para ulama, yang menegaskan bahwa daging keledai dan kuda adalah haram menurut Islam.
Harga makanan dan komoditas pokok, yang sebagian besar diimpor, naik lebih dari dua kali lipat sejak pound Mesir mengalami devaluasi pada awal tahun ini.
Ini terjadi setelah Dana Moneter Internasional menyetujui bailout dengan Kairo pada bulan Desember, kesepakatan ketiga sejak Presiden Abdel Fattah el-Sisi berkuasa dalam kudeta militer 2013.
Nilai pound Mesir terhadap dolar AS turun dari tujuh EGP pada 2013 menjadi sedikit di atas 30 EGP pada saat tulisan ini diterbitkan.
Sebelum kesepakatan dan devaluasi, Mesir telah terhuyung-huyung akibat dampak ganda perang Rusia-Ukraina dan pandemi Covid-19 pada ekonomi yang bergantung pada impor.
Tetapi langkah-langkah fiskal memiliki efek langsung pada mayoritas 104 juta penduduk Mesir, dengan perkiraan 60 juta orang hidup di bawah atau tepat di atas garis kemiskinan ($3,20 per hari) sebelum krisis saat ini.
Pemerintah pekan lalu juga menaikkan harga bensin sekitar 10 persen untuk memenuhi persyaratan kesepakatan IMF selanjutnya agar harga bahan bakar sejalan dengan perubahan harga minyak dunia.
Baca juga: Harga Bahan Pangan Naik, Pemerintah Mesir Suruh Warganya Makan Ceker Ayam
Warga Berhenti Beli Daging
Himbauan ini mengingatkan pada himbauan Lembaga Gizi Nasional pada awal tahun 2022 yang meminta masyarakat beralih mengonsumsi ceker ayam, sebagai sumber protein murah daripada ayam sisa. Saran tersebut telah memicu reaksi dan ejekan, karena ceker ayam tidak populer dalam masakan Mesir. Mereka biasanya dibuang atau dijual ke pabrik yang mengolah produk ayam.
Harga daging naik mencapai di titik dramatis, menjadikannya mewah tidak hanya untuk orang miskin Mesir, tetapi juga sebagian besar anggota kelas menengah. Mesir mengimpor hampir setengah dari 900.000 ton daging yang dikonsumsinya setiap tahun.
Harga rata-rata daging naik di pasar lokal dari 180 pound Mesir (sekitar $6) per kilo menjadi 330 pound (sekitar $11) per kilo dalam hitungan beberapa bulan, karena mata uang Mesir kehilangan setengah nilainya sejak Maret tahun lalu.
Harga unggas juga melonjak, meninggalkan orang miskin dan kelas menengah Mesir dengan pilihan protein hewani yang terbatas.
“Saya sudah lama berhenti membeli daging karena harga yang tinggi ini,” kata guru sekolah Rahma Saeed, yang merupakan ibu dari tiga anak, kepada MEE.
“Apakah sudah sampai seperti ini?” tanya Mamdouh Mohamed, seorang penjahit berusia pertengahan lima puluhan.
“Saya tidak pernah bisa makan daging keledai atau kuda,” katanya kepada MEE.
Namun demikian, banyak konsumen mungkin sudah makan daging keledai tanpa menyadarinya, hal tersebut lantaran banyaknya kios menjual daging tersebut di jalan-jalan Kairo dan kota-kota Mesir lainnya.
Kios yang menjual jeroan dan potongan daging hewan seperti lidah, babat dan buntut sangat populer di kalangan orang Mesir.
Namun, pemilik kios yang menyajikan daging organ mengejutkan negara beberapa hari yang lalu usai dia mengklaim bahwa sebagian besar kios jeroan menyajikan daging keledai kepada pelanggan mereka.