Hidayatullah.com—Negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara tetap menjadi salah satu importir senjata terbesar di dunia pada tahun 2022, meskipun fokus global pada pengiriman senjata ke Ukraina di tengah perang dengan Rusia. Data tersebut berdasarkan laporan yang diterbitkan Stockholm International Peace Research Institute (Sipri), kemarin.
“Meskipun transfer senjata menurun secara global, di Eropa mereka meningkat tajam karena ketegangan antara Rusia dan sebagian besar negara Eropa lainnya,” kata peneliti senior program transfer senjata Sipri, Pieter D Wezeman.
“Impor senjata ke Asia Timur telah meningkat dan pengirimannya ke Timur Tengah tetap tinggi,” tambahnya.
Senjata dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa diimpor ke Ukraina, menyusul invasi Rusia pada Februari 2022. AS sendiri telah memberikan bantuan militer kepada Ukraina sekitar $27,5 miliar sejak dimulainya pemerintahan Joe Biden.
Kyiv adalah importir senjata terbesar ketiga di dunia pada tahun 2022. Sementara Qatar, negara kaya gas dengan populasi hanya tiga juta, menempati urutan teratas sebagai importir senjata terbesar dunia pada tahun lalu.
Pengiriman senjata ke negara itu meningkat 311 persen antara 2013-2017 dan 2018-2022. Pada bulan Januari, Qatar dinobatkan sebagai sekutu utama non-NATO oleh Biden, membuka jalan bagi lebih banyak pembelian senjata dari AS.
Sementara pada November, Departemen Luar Negeri AS menyetujui potensi penjualan sistem antidrone senilai $1 miliar ke Qatar.
Negara-negara Timur Tengah lainnya tidak jauh di belakang. Arab Saudi adalah importir senjata terbesar kedua di dunia pada 2018–2022, menerima 9,6 persen dari seluruh impor senjata global.
Mesir, yang sedang menghadapi krisis ekonomi parah, kini menduduki peringkat keenam dunia karena mengimpor senjata selama periode yang sama.*