Hidayatullah.com– Junta militer Burkina Faso melarang France 24 mengudara karena mewawancarai seorang tokoh kelompok pemberontak yang berafiliasi dengan Al-Qaeda.
Siaran France 24 akan diblokir di seluruh wilayah Burkina Faso disebabkan wawancara yang dilakukan media televisi asal Prancis itu dengan pimpinan AQIM, kata jubir pemerintah Jean-Emmanuel Ouedraogo dalam pernyataan hari Senin (27/3/2023).
“Sangat disayangkan bahwa pemerintah mendapati dua pekan lalu sebuah wawancara dengan kepala al-Qaida in the Islamic Maghreb (AQIM) France 24, yang merupakan bagian dari grup France Medias Monde. Tanpa menafikan kebebasan kanal tersebut berkaitan dengan pilihan editorialnya, pemerintah mempertanyakan etika yang mengatur kerja profesional jurnalisme di France 24,” kata jubir tersebut seperti dilansir Associated Press.
Lebih lanjut Ouedraogo mengatakan bahwa dengan menayangkan pandangan-pandangan dari pemimpin kelompok pemberontak itu, France 24 telah bertindak sebagai agen komunikasi bagi kelompok tersebut dan memberikan mereka ruang untuk melegitimasi tindakan-tindakan mereka.
Dalam siaran tanggal 6 Maret France 24 mendiskusikan wawancara eksklusif yang telah dilakukannya dengan Abu Obeida Youssef al-Aanabi, orang asli Aljazair yang menjadi ketua AQIM kelompok aliansi Al-Qaeda yang beroperasi di kawasan Sahel, daerah kering-kerontang yang luas di dekat Gurun Sahara. Namun, France 24 memutuskan untuk tidak menayangkan rekaman wawancara itu, kata Wassim Nasr, jurnalis yang berbincang-bincang dengan tokoh AQIM, kepada Associated Press.
Dalam wawancara itu, yang butuh waktu satu tahun agar dapat terlaksana, soal Burkina Faso hanya disebut satu kali, yaitu ketika pemimpin AQIM ditanya tentang tanggung jawabnya atas serangan di kota Solhan di kawasan Sahel pada Juni 2021 yang menewaskan sedikitnya 160 orang, papar Nasr.
“Kami berusaha berbicara kepada semua pihak,” kata Nasr, seraya menegaskan bahwa memang seperti itulah jurnalisme.
Pemblokiran siaran France 24 ini dilakukan kurang dari empat bulan setelah media Prancis yang lain, Radio France Internationale, dilarang bersiaran di Burkina Faso karena dianggap ikut menyebarkan pesan-pesan dari kelompok teroris.
Awal bulan ini, Mathieu Pellerin, konsultan perihal Sahel untuk International Crisis Group, ditangkap dan ditahan oleh aparat Burkina Faso. Menurut direktur program Afrika kelompok itu, Murithi Mutiga, ini baru pertama kali konsultannya ditangkap sepanjang kiprah mereka di negara itu.
Pada Desember 2022, junta militer mengusir seorang pejabat tinggi PBB yang ditempatkan di Burkina Faso, dan beberapa pekan kemudian Prancis diminta untuk menarik duta besarnya.
“Penangguhan siaran France 24 menunjukkan seberapa jauh pihak berwenang di Burkina Faso terang-terangan melanggar kebebasan informasi dan hak rakyat negara untuk mengakses berita secara bebas,” kata Sadibou Marong, kepala kantor Reporters Without Borders untuk kawasan Sub-Sahara Afrika.
“Krisis keamanan di Burkina Faso tidak boleh dijadikan alasan untuk mencegah jurnalis meliput krisis secara bertanggung jawab dan independen,” tegasnya, seraya menyeru penguasa Burkina Faso untuk menarik keputusannya demi hak rakyat untuk memperoleh laporan berita yang beragam.*