Hidayatullah.com—Lebih dari 180 Rohingya mendarat di provinsi Aceh, Indonesia pada Senin (27/3/2013).Kelompok itu termasuk di antara ratusan Muslim Rohingya terakhir yang melarikan diri dengan perahu dari kondisi putus asa di Myanmar dan kamp-kamp di Bangladesh, lapor Reuters.
Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) menyatakan bahwa tahun 2022 mungkin menjadi salah satu tahun paling menghancurkan dalam hampir satu dekade bagi komunitas Rohingya, yang merupakan minoritas agama dan etnis yang teraniaya di Myanmar.
Juru bicara polisi setempat Kamil mengkonfirmasi melalui telepon bahwa 184 Rohingya tiba di kabupaten Aceh Timur dan “semuanya dalam keadaan sehat”. Namun tidak jelas berapa banyak kapal yang mereka tumpangi.
Miftah Cut Ade, anggota senior komunitas nelayan di Aceh, mengatakan 90 wanita dan anak-anak termasuk di antara para migran yang tiba sekitar pukul 3.30 pagi pada hari Senin.
Selama bertahun-tahun, banyak orang Rohingya mencoba naik perahu kayu untuk mencapai Thailand, Bangladesh, Malaysia, dan Indonesia, yang mayoritas Muslim, terutama antara November dan April saat laut tenang. Sebagian besar dari mereka meninggal di laut karena kelaparan, penyakit, dan kelelahan.
Sejak November tahun lalu, Indonesia telah mencatat 918 Rohingya tiba di Aceh, menurut Kementerian Luar Negeri, setelah melakukan perjalanan ke selatan di Teluk Benggala dan Laut Andaman. Angka tersebut lebih tinggi dari 180 sepanjang tahun 2021.*