Hidayatullah.com— Bangladesh pada hari Ahad membela proyek percontohan untuk mendeportasi pengungsi Rohingya ke Myanmar, dan menjamin akan dibawa kembali jika mereka merasa tidak nyaman di Rakhine atau proyek tersebut gagal.
Pengungsi Rohingya kembali ke sana secara sukarela, lapor Anadolu Agency mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri Bangladesh, Shahriar Alam, kepada wartawan di Dhaka.
“Ini proses percobaan, tidak ada repatriasi dalam jumlah besar. Rohingya akan dikirim ke Rakhine untuk memantau situasi. Jika mereka merasa tidak nyaman, ada kesempatan untuk membawa mereka kembali. Dalam hal ini, kami tidak melihat adanya argumen yang menentangnya,” katanya.
Pernyataan terbaru oleh otoritas Bangladesh dimaksudkan untuk mengatasi kekhawatiran global dan menyerukan agar proyek percontohan, yang dilakukan bersama oleh China dan Myanmar, ditangguhkan.
Para muhajirin Rohingya di kamp-kamp Bangladesh telah menyatakan keprihatinan atas pemulangan paksa dan tidak ada perubahan dalam hidup mereka setelah dideportasi ke Rakhine tanpa hak kewarganegaraan, menurut laporan tersebut.
Bangladesh dan Myanmar meluncurkan proyek untuk mendeportasi sekitar 1.100 pengungsi. Hampir 1,2 juta Rohingya tinggal di Bangladesh, banyak di antaranya melarikan diri dari penumpasan brutal militer di Rakhine pada Agustus 2017.
Sementara mayoritas masih berada di kamp yang penuh sesak di distrik selatan Cox’s Bazar, sekitar 30.000 orang telah dipindahkan ke pulau Bhasan Char sejak akhir 2020.
Alam mengatakan komentarnya sebagai tanggapan atas keberatan PBB terhadap proyek percontohan tersebut dan bahwa proses sedang dilakukan untuk melibatkan PBB.
Dia mengatakan bahwa meskipun belum ada kesepakatan bahwa Rohingya akan dideportasi dengan sertifikat dari Badan Pengungsi PBB (UNHCR), “mereka telah diberitahu tentang upaya kami”. Dia juga keberatan dengan pernyataan Tom Andrews, Pelapor Khusus PBB untuk situasi hak asasi manusia di Myanmar.
Alam mengatakan Andrews mengunjungi Cox’s Bazar baru-baru ini dan memberikan pernyataan tentang proyek percontohan, tetapi hal-hal yang dia katakan dan bahasa yang dia gunakan “meremehkan dan tidak menghormati upaya kami. Kami akan melaporkan masalah ini ke PBB”.
Andrews pada hari Kamis mengatakan Bangladesh harus segera menangguhkan proyek percontohan untuk mengembalikan pengungsi Rohingya ke Myanmar, dengan kemungkinan mereka menghadapi risiko serius bagi kehidupan dan kebebasan mereka.
Bulan lalu, pejabat Bangladesh membawa 20 pengungsi Rohingya ke kamp pemukiman kembali di negara bagian Rakhine Myanmar untuk menilai kondisi kepulangan mereka, tetapi diakhiri dengan delegasi Rohingya yang menyatakan keprihatinan atas rencana tersebut.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional termasuk Human Rights Watch mendukung keberatan terhadap proposal tersebut, mendesak pemerintah donor dan Amerika Serikat untuk menghentikan pemulangan Rohingya sampai kondisi untuk pemulangan yang aman dan langgeng tercapai.*