Hidayatullah.com– Seorang aktivis pro-demokrasi yang melarikan diri dari Hong Kong mengatakan kepada BBC hidupnya semakin berbahaya karena ada sayembara penangkapan yang ditawarkan oleh pemerintah China.
Nathan Law, yang sekarang tinggal di Inggris, termasuk dari delapan aktivis di pengasingan yang dicari-cari oleh aparat Hong Kong.
Pihak berwenang menawarkan hadiah HK$1 juta $127.637) untuk informasi yang berguna sehingga aparat dapat menangkap mereka.
Law mengatakan dia perlu “lebih berhati-hati” dalam memberitahukan lokasi keberadaannya.
Delapan nama yang disebutkan dalam pengumuman ini semuanya berbasis di Inggris, Amerika Serikat dan Australia – negara-negara yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan China. Tujuh aktivis lain yang disebut di dalam pengumuman itu adalah Ted Hui, Dennis Kwok, Anna Kwok, Mung Siu-tat, Elmer Yuen, Finn Law dan Kevin Yam. Mereka dituduh berkolusi dengan kekuatan-kekuatan asing, tindak pidana yang diancam hukuman penjara seumur hidup berdasarkan UU keamanan buatan Beijing yang diberlakukan di Hong Kong.
Menggunakan UU tersebut, otoritas Hong Kong menangkap dan menjebloskan ke dalam penjara ratusan aktivis pro-demokrasi.
“Mereka telah melakukan pelanggaran sangat serius yang membahayakan keamanan nasional,” kata Steven Li dari Departemen Keamanan Nasional, polisi rahasia bagian dari Kepolisian Hong Kong yang dibentuk berdasarkan UU keamanan tersebut, seperti dilansir BBC Selasa (4/7/2023).
Li menambahkan bahwa meskipun polisi Hong Kong tidak dapat menangkap mereka selama mereka berada di luar negeri, polisi tidak akan berhenti mengejar mereka.
Lewat Twitter Law mendesak orang-orang tidak bekerja sama dengan aparat terkait masalah it
Hal senada disampaikan aktivis di pengasingan lain, Anna Kwok, direktur eksekutif Hong Kong Democracy Council, yang mengatakan sayembara itu bertujuan untuk mengintimidasi dirinya dan para aktivis lain.
“Kami bersatu dalam perjuangan kami demi kebebasan dan demokrasi di rumah kami, Hong Kong,” kata Kwok dalam sebuah pernyataan.*