Hidayatullah.com– Sebuah lembaga pengawas di barah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa rencana Jepang untuk membuang air limbah pendingin reaktor nuklir Fukushima ke laut sudah memenuhi standar internasional.
International Atomic Energy Agency (IAEA) mengatakan pembuangan limbah itu ke laut yidak akan banyak berdampak terhadap lingkungan.
Pengelola pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima kehabisan tempat penyimpanan untuk air tersebut, yang dipergunakan untuk mendinginkan reaktor nuklir yang rusak akibat gempa dan tsunami.
Pada tahun 2011, tsunami yang dipicu oleh gempa berkekuatan 9,0 skala richter membanjiri tiga reaktor Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi. Bencana tersebut dianggap sebagai malapetaka nuklir terburuk di dunia sejak Chernobyl.
Lebih dari 150.000 orang dievakuasi dari zona eksklusi di sekitar PLTN itu, yang masih berdiri meskipun mengalami kerusakan parah di sejumlah bagian. Penonaktifan PLTN juga sudah dimulai, tetapi untuk menuntaskan prosesnya bisa memakan waktu puluhan tahun.
Kepala IAEA Rafael Grossi merilis hasil pengkajian terhadap keamanan PLTN itu yang dilakukan selama 2 tahun pada hari Selasa (4/7/2023), dia menyebutnya sebagai tidak memihak dan ilmiah. Dia juga berjanji untuk terus melakukan kontak dengan Jepang setelah airnya dibuang, lansir BBC.
Pada bulan Mei, IAEA mengatakan bahwa operator PLTN tersebut, Tokyo Electric Power (Tepco), telah menunjukkan kemampuannya untuk membuat “pengukuran yang akurat dan tepat” perihal jumlah radiasi yang ada dalam air limbah yang diolah tersebut. Persetujuan akhir dari Tepco kemungkinan muncul paling cepat pekan ini.
PLTN Fukushima itu menghasilan 100 meter kubik air limbah setiap hari. Tangki-tangki yang mereka miliki hanya dapat menampung 1,3 juta meter kubik.
Sebagian besar unsur radioaktif yang terdapat pada air limbah itu telah disaring dari air, kecuali bentuk radioaktif dari hidrogen dan karbon — masing-masing disebut tritium dan karbon 14. Kedua isotop tersebut sulit dipisahkan dari air.
Tokyo mengatakan air limbah yang akan dilepaskan ke Samudera Pasifik itu, yang telah dicampur dengan air laut, memiliki kadar tritium dan karbon 14 yang memenuhi standar keamanan.
Pembangkit-pembangkit listrik tenaga nuklir di seluruh dunia secara berkala membuang air limbah dengan tingkat tritium di atas air limbah Fukushima.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Meskipun demikian, hasil pengkajian IAEA terhadap limbah dari Fukushima itu tidak menghilangkan kekhawatiran masyarakat Jepang dan negara tetangga.
China mengkritik keras rencana Jepang itu dan memperingatkan IAEA agar jangan mendukungnya.
Sementara di Korea Selatan, masyarakat memborong dan menimbun garam laut di rumah karena memreka khawatir akan kekurangan stok garam akibat pencemaran oleh limbah Fukushima tersebut.
Komunitas nelayan lokal juga sangat keberatan, mengatakan langkah itu justru akan semakin merusak reputasi mereka, dengan mengatakan siapa yang mau membeli ikan hasil tangkapan dari perairan yang tercemar limbah nuklir.*