Hidayatullah.com– Ekuador hari Kamis malam (10/8/223) menangkap 6 warga negara Kolombia terkait pembunuhan calon presiden Fernando Villavicencio usai berkampanye sehari sebelumnya.
Villavicencio, yang dikenal bersuara lantang menentang kartel narkoba, dibunuh di Quito. Pemerintah mengatakan sedang mengejar “otak” pembunuhan itu, lansir DW.
Villavicencio, pegiat antikorupsi ternama, berada di peringkat kelima dalam jajak pendapat capres favorit. Dia ditembak mati saat meninggalkan tempat kampanye pencalonannya sebagai presiden di ibukota, Quito.
Ekuador mengumumkan keadaan darurat setelah pembunuhan tersebut.
Meskipun pelaku penembakan sudah tewas dalam baku tembak dengan polisi, Menteri Dalam Negeri Juan Zapata menggambarkan pembunuhan tersebut sebagai kejahatan politik yang mirip dengan aksi terorisme yang ditujukan untuk mengacaukan pemilihan presiden yang akan digelar pada 20 Agustus.
Dia menambahkan bahwa mereka yang ditahan merupakan anggota geng kriminal terorganisir.
“Semuanya, termasuk yang tewas, adalah warga Kolombia,” kata polisi kepada kantor berita AFP.
Selama penangkapan dan penggerebekan, polisi menemukan berbagai senjata termasuk senapan, senapan mesin ringan, empat pistol, tiga granat, dua magasin senapan dan empat kotak amunisi. Mereka juga menemukan sebuah kendaraan curian.
Presiden Ekuador Guillermo Lasso mengumumkan keadaan darurat selama dua bulan menyusul insiden itu. Dia juga menyatakan hari berkabung selama tiga hari.
Dinas intelijen Amerika Serikat FBI mengkonfirmasi bahwa Lasso meminta bantuan untuk melakukan penyelidikan.
Pemerintah Ekuador menegaskan bahwa insiden ini tidak akan membatalkan jadwal pemilihan presiden yang akan digelar akhir pekan depan.*