Hidayatullah.com – Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa krisis kesehatan di Jalur Gaza telah mencapai ‘tingkat bencana’, menekankan bahwa tenaga kesehatan mulai letih dan kelelahan akibat agresi “Israel” dan blokade selama 39 hari berturut-turut.
Juru bicara kementerian, Ashraf al-Qidra, mengumumkan bahwa sistem kesehatan Gaza tidak dapat memberikan layanan yang layak kepada para korban luka dan pasien.
Al-Qidra mengungkapkan Rumah Sakit al-Shifa saat ini menampung sekitar 10.000 orang, termasuk keluarga pengungsi tanpa perlindungan. Penembak jitu penjajah “Israel” terus menargetkan siapa pun yang mencoba mengevakuasi daerah tersebut.
Halaman Rumah Sakit al-Shifa kini telah menjadi kuburan sementara bagi 100 jenazah, yang dimakamkan dalam kuburan massal karena jenazah mulai membusuk.
Selain itu, Rumah Sakit al-Maamadani dan Rumah Sakit al-Awda adalah satu-satunya fasilitas medis yang beroperasi secara parsial, keduanya berisiko ditutup karena kekurangan bahan bakar, seperti yang dilaporkan oleh Al-Qidra.
Dia juga menekankan memburuknya kondisi kesehatan di bagian selatan Jalur Gaza, dengan rumah sakit di sana juga menghadapi potensi penutupan dalam 48 jam ke depan karena kehabisan bahan bakar.
Kementerian Kesehatan telah menegaskan kembali seruannya yang mendesak untuk pembukaan koridor kemanusiaan untuk memfasilitasi evakuasi korban luka-luka, terutama dari daerah utara, baik ke rumah sakit lain atau ke Mesir di bawah perlindungan internasional. Selain itu, ada kebutuhan mendesak untuk pengiriman bantuan medis agar rumah sakit dapat melanjutkan fungsi-fungsi penting mereka.
Meskipun ada pengiriman bantuan melalui truk-truk yang masuk dari penyeberangan Rafah dalam beberapa minggu terakhir, kementerian menekankan bahwa bantuan yang diterima tidak secara signifikan meringankan situasi kesehatan yang sangat buruk.
Laporan terbaru Pemerintah di Gaza melaporkan bahwa hingga kini jumlah martir menjadi lebih dari 11.500 orang, dengan lebih dari 29.000 orang terluka.*