Hidayatullah.com– Prospek partai anti-Islam pemenang pemilu PVV untuk menjadi pemerintah penguasa baru di Belanda berubah menjadi suram, setelah orang pilihan Geert Wilders yang diandalkan untuk melobi parpol-parpol lain agar bersedia membentuk koalisi mengundurkan diri.
Gom van Strien, sekutu politisi kanan-jauh Geert Wilders, hari Senin (27/11/2/23) mengundurkan diri dari posisinya sebagai “penjaring” koalisi dengan alasan adanya dugaan penipuan yang dituduhkan kepadanya akhir pekan kemarin, lansir DW.
Van Strien, seorang senator dari PVV yang membantah melakukan kesalahan apapun, mengatakan bahwa ketegangan yang muncul akibat tuduhan yang dimuat di media itu mempersulit tugasnya untuk menjaring parpol koalisi. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mundur dari posisinya.
Pertemuan-pertemuan yang dijadwalkan digelar hari Senin kemarin dibatalkan setelah Gom van Strien mengumumkan pengunduran dirinya.
Dari hasil pemilu pekan lalu, PVV memenangkan 37 dari 150 kursi parlemen Belanda, jauh melampaui pemenang kedua koalisi partai Hijau-Buruh yang mendapatkan 25 kursi. Meskipun demikian, jumlah kursinya tidak cukup untuk membentuk sebuah pemerintah mayoritas sehingga PVV harus menggandeng partai lain.
Masalahnya citra PVV sebagai partai rasis, anti-imigran asing, anti-Islam, membuat partai lain pikir-pikir atau bahkan menolak untuk berkoalisi dengannya.
Partai VVD, yang dimotori perdana menteri saat ini Mark Rutte, hari Jumat mengatakan bahwa mereka enggan berkolaborasi dengan partainya Geert Wilders. Pemimpin PVV yang baru, Dilan Yesilgoz-Zegerius, menegaskan bahwa partainya secara resmi tidak akan bergabung dengan koalisi baru pimpinan PVV, tetapi mungkin akan mendukung salah satu koalisi di parlemen.
Di masa lalu, partai-partai politik di Belanda bertekad tidak akan bekerja sama dengan partai pimpinan Wilders, yang tidak disukai karena sikapnya yang anti-migran, anti-Islam, yang bersumpah akan melarang masjid, Qur’an dan kerudung, serta mengupayakan Belanda keluar dari Uni Eropa.*