Hidayatullah.com– Setelah sempat menolak anjuran Jepang agar tidak menerbangkan pesawat Osprey menyusul kecelakaan di perairan Jepang belum lama ini, Amerika Serikat akhirnya memutuskan untuk tidak menerbangkan semua armada Osprey yang dipakai militernya. Desain unik pesawat itu disinyalir sebagai penyebab serangkaian kecelakaan maut yang dialaminya.
Hari Rabu malam (6/12/2023), militer Amerika Serikat mengumumkan larangan terbang bagi semua helikopter Osprey V-22 miliknya, satu pekan setelah 8 anggota Air Force Special Operations Command tewas ketika pesawat itu jatuh di lepas pantai Jepang, lapor Associated Press.
US Air Force, US Navy dan US Marine Corps mengambil langkah tidak biasa dengan melarang terbang ratusan Osprey setelah dilakukan penyelidikan awal atas kecelakaan pekan lalu, yang disebabkan oleh gangguan teknis pada pesawat dan bukan kesalahan kru.
Kecelakaan itu menimbulkan pertanyaan atas keselamatan terbang Osprey, yang terlibat dalam serangkaian kecelakaan maut meskipun belum lama dipakai.
Jepang bertindak cepat dengan melarang terbang 14 Osprey miliknya segera setelah kecelakaan tersebut.
Letjen Tony Bauernfeind, kepala Air Force Special Operations Command, memerintahkan penghentian penggunaan Osprey guna dilakukan mitigasi risiko dan penyelidikan lanjutan.
Dalam nota pemberitahuan terpisah, Naval Air Systems Command – yang bertanggung jawab atas berbagai pesawat yang dipergunakan oleh US Marine Corps dan US Navy – mengatakan pihaknya tidak lagi menerbangkan semua Osprey.
US Air Force mengatakan tidak tahu sampai kapan larangan terbang itu akan diberlakukan.
Osprey merupakan pesawat hibrida buatan Amerika Serikat. Pesawat itu dapat melakukan lepas landas dan mendarat seperti helikopter, tetapi sanggup memutar propellernya untuk terbang maju dan melayang lebih cepat seperti pesawat terbang lain.
Desainnya yang unik menjadi faktor penyebab beberapa kecelakaan yang terjadi ketika pesawat itu diterbangkan. Meskipun penyelidikan lebih lanjut baru dimulai, tetapi sudah ada catatan masalah terkait gangguan teknis pesawat itu kurun lebih dari satu dekade. Muncul pula pertanyaan apakah suku cadang yang dipakai pesawat itu dibuat sesuai dengan standar keselamatan.
Pada bulan Agustus, US Marine Corps menemukan bahwa kecelakaan fatal Osprey tahun 2022 disebabkan oleh kegagalan sistem kopling. Namun, akar masalahnya sampai sekarang belum ditemukan.
US Air Force Special Operations Command memiliki 51 Ospreys, US Marine Corps menerbangkan sebanyak 400 dan US Navy mengoperasikan 27 pesawat jenis itu.
Dalam jajaran armada terbang militer Amerika Serikat, Osprey masih tergolong “angkatan baru”. Osprey pertama dioperasikan pada 2007 setelah dilakukan tes selama beberapa dekade. Lebih dari 50 tentara tewas dalam uji terbang Osprey atau saat melakukan penerbangan latihan dengan pesawat tersebut, termasuk 20 kematian dalam empat kecelakaan kurun 20 bulan terakhir.
Dalam kecelakaan Osprey di Australia pada bulan Agustus, tiga anggota US Marine Corps tewas. Insiden itu juga masih dalam proses penyelidikan.*