Hidayatullah.com– Penangkapan belasan orang di Nepal mengungkap perekrutan dan penyelundupan para pemuda setempat untuk dikirim ke Rusia guna dijadikan serdadu bayaran dalam peperangan dengan Ukraina.
Kepolisian Kathmandu mengatakan para penyelundup diduga menarik bayaran sampai $9.000 dari setiap orang yang akan dibawa ke Rusia dengan menggunakan visa turis.
Tidak ada data yang pasti berapa banyak warga Nepal, salah satu negara miskin di Asia, yang ikut bergabung dengan tentara Rusia, tetapi diperkirakan mencapai ratusan.
Dubes Nepal untuk Rusia mengatakan sekitar 150-200 warga Nepal ikut berperang bersama Rusia, tetapi terdengar kabar bahwa ramai orang yang meminta visa setiap pekannya untuk berangkat ke Rusia dengan alasan uang (bekerja) dan visa residensi.
Negara ini pada prinsipnya melarang warganya untuk bergabung dengan tentara asing – meskipun ada pengecualian bagi tentara etnis Gurkha untuk bergabung dengan tentara India dan Inggris – namun larangan ini sulit untuk ditegakkan.
Rusia secara aktif berupaya menambah jumlah pasukannya seiring dengan berlanjutnya perang dengan Ukraina. Kabarnya tentara bayaran direkrut dari negara-negara seperti Georgia, Suriah dan Libya.
“Tidak ada bukti” bahwa Rusia terlibat langsung dalam perekrutan tentara bayaran Nepal, kata Kepolisian Nepal kepada awak media pada hari Kamis (7/12/2023) seperti dilansir BBC.
Namun, negara di kawasan Himalaya tersebut secara resmi menulis surat ke Moskow untuk menghentikan penggunaan tentara Nepal. Mereka juga Dubes Rusia di Nepal untuk menegaskan kembali posisi Kathmandu terkait peperangan di Ukraina.
Pada hari Senin, Nepal meminta jasad enam tentara bayaran yang tewas dalam pertempuran baru-baru ini untuk dikirim kembali ke Nepal.
Akan tetapi Dubes Nepal Milan Raj Tuladhar mengatakan kepada BBC bahwa sejauh ini belum ada kemajuan dalam masalah tersebut.
Saudara perempuan salah satu korban mengatakan kepada BBC bahwa pihaknya sudah meminta kompensasi otoritas Nepal dan meminta bantuan untuk memulangkan jasad saudaranya.
“Pihak berwenang mengatakan kepada saya bahwa jasad-jasadnya sudah dimakamkan oleh militer Rusia. Mereka akan membantu kami dengan melakukan negosiasi dengan otoritas Rusia,” kata wanita itu yang tidak bersedia disebutkan namanya.
Superintendent Kumud Dhungel mengatakan bahwa aparat mendapati bahwa beberapa orang Nepal yang tertarik untuk bergabung menjadi tentara bayaran dikirimi surat undangan untuk berkunjung ke Rusia.
Polisi menduga para makelar yang menjadi penghubung bertugas mengatur keberangkatan calon tentara bayaran ke Rusia lewat India atau Dubai, supaya tidak mendapat masalah di bandara Nepal.
Polisi Nepal sudah meminta sejawat di India untuk membantu dalam penyelidikan kasus ini.
Pada bulan Juni, BBC malaporkan bahwa banyak pemuda Nepal berangkat ke Rusia dengan visa pelajar atau pekerja, lalu bergabung dengan tentara Rusia untuk memperoleh uang dan harapan nantinya dapat menjadi warga negara Rusia.
Salah satu tentara bayaran itu mengunggah video di TikTok dan menjelaskan alasan kondisi perekonomian di Nepal yang mendorongnya untuk pergi ke Rusia.
Tidak jelas apakah para pemuda yang menjadi tentara bayaran itu mengirimkan uang ke keluarganya di Nepal.
Nepal merupakan salah satu negara termiskin di dunia, dengan sekitar 40% penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan menurut data Bank Dunia.
Uang kiriman dari luar negeri menjadi penyambung hidup bagi banyak penduduk desa di Nepal. Menurut International Labour Organization (ILO), ada sekitar 3,5 juta orang Nepal bekerja di luar negeri, kebanyakan di Timur Tengah, Asia Tenggara dan India.*