Hidayatullah.com– Sedikitnya 85 warga sipil tewas di negara bagian Kaduna sebelah barat laut Nigeria dalam serangan udara salah sasaran yang dilakukan militer.
Presiden Bola Tinubu mengatakan warga sipil terbunuh dalam “kecelakaan pengeboman” tanpa menyebutkan berapa jumlah korban.
Gubernur Kaduna Uba Sani mengatakan warga Muslim yang sedang menghadiri sebuah acara keagamaan itu “secara keliru” terbunuh oleh serangan drone militer yang “menarget teroris dan bandit”.
Lebih dari 60 orang dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, kata pihak berwenang.
Kementerian Pertahanan menyebut operasi tersebut sebagai “tragedi yang tidak perlu”, seraya menambahkan bahwa dalam operasi rutin guna memberantas militan dan bandit warga sipil adakalanya terkena dampak secara tidak disengaja.
Militer Nigera selama bertahun-tahun menghadapai masalah bandit bersenjata yang merajalela di bagian utara yang merampok desa-desa dan menculik warganya demi mendapatkan uang tebusan, ditambah lagi dengan adanya masalah perlawanan dari kelompok Muslim bersenjata.
Serangan drone tersebut terjadi ketika warga desa Tundun Biri berkumpul untuk menghadiri sebuah acara keagamaan pada hari Ahad malam (3/12/2023), lansir BBC.
Kepala Staf AD Letjen Taoreed Lagbaja telah mengunjungi desa tersebut guna menyampaikan permintaan maaf dan belasungkawa kepada masyarakat. Dia mengutarakan penyesalannya atas kekeliruan tersebut, kata pihak tentara.
Lagbaja menjelaskan bahwa prajuritnya sedang melakukan patroli udara ketika mereka melihat ada sekumpulan orang dan salah menganalisa dan keliru mengiranya sebagai aktivitas yang dilakukan oleh kawanan bandit.
Presiden Tinubu meminta agar dilakukan penyelidikan menyeluruh atas insiden tersebut.
Gubernur Kaduna juga dipanggil untuk keperluan penyelidikan.
Badan Manajemen Kedaruratan Nasional di ibukota Nigeria, Kabuja, dalam sebuah pernyataan menjelaskan bahwa kantornya di zona barat laut telah menerima laporan dari pemerintah setempat yang mengatakan 85 mayat sejauh ini sudah dimakamkan, sementara pencarian korban masih terus dilakukan. Korban terdiri dari anak-anak, wanita dan manula.
Seorang pria, yang menyaksikan peristiwa itu, mengatakan kepada BBC Hausa bahwa terjadi dua kali serangan.
“Pesawat [drone] menjatuhkan sebuah bom di lokasi acara tersebut, menghancurkannya dan menewaskan warga kami termasuk wanita dan anak-anak,” katanya.
“Bom kedua dijatuhkan terhadap sebagian kami yang datang untuk memgambil mayat korban dari ledakan pertama. Kami kehilangan sekitar 34 orang anggota keluarga dan 66 orang lainnya saat ini berada di rumah sakit.”
Seorang wanita yang menyaksikan kondisi setelah serangan bom mengatakan kepada BBC bahwa mayat-mayat bergelimpangan.
“Beberapa wanita tewas sambil memeluk bayinya, beberapa bayi selamat sementara lainnya tewas bersama ibu mereka,” kata wanita itu.
Di masa lalu, militer Nigeria kerap mendapatkan kecaman disebabkan korban nyawa sipil yang banyak tergadai saat tentara melakukan operasi pemberantasan bandit dan milisi bersenjata di bagian utara negara itu. Pemerintah mencap geng-geng bersenjata dan kelompok bandit sebagai teroris.
Lebih dari 300 orang tewas sejak 2017 dalam serangan kecelakaan oleh militer Nigeria, menurut laporan firma riset SB Morgen.
Pada tahun 2021, sedikitnya 20 nelayan tewas dalam serangan keliru oleh jet tempur AU yang bermaksud menarget kamp kelompok Muslim bersenjata di bagian timur laut Nigeria.*