Hidayatullah.com– Penjagalan keledai untuk diambil kulitnya dan dijual akan dilarang di 55 negara di Afrika.
Permintaan kulit hewan sejenis kuda kecil itu didorong oleh popularitas pengobatan Chona kuno yang disebut Ejiao, yang secara tradisional dibuat dari kulit luar keledai yang belum disamak.
Para pemimpin negara-negara Afrika menyetujui larangan tersebut diakhir pertemuan tingkat tinggi Uni Afrika di Ethiopia hari Ahad (18/2/2024), lapor BBC.
Organisasi peduli hewan Donkey Sanctuary memyebut perdagangan itu “brutal dan tidak berkesinambungan” dan mengancam populasi keledai di seluruh dunia, terutama di Afrika dan Amerika Selatan.
Ejiao diyakini oleh sebagian orang sebagai obat anti-penuan dan memiliki manfaat bagi kesehatan, meskipun belum terbukti secara ilmiah.
Perusahaan pembuat Ejiao di China dulu mencari bahan bakunya dari dalam negeri. Namun, setelah populasi keledai di China semakin berkurang, mereka mencarinya ke luar negeri.
“Pada mulanya pemerintah-pemerintah kami melihatnya sebagai peluang bisnis, dan banyak rumah jagal legal dibuka di Afrika,” papar Dr. Solomon Onyango dari Donkey Sanctuary di Kenya.
“Namun, di sini (Kenya) antara tahun 2016 dan 2019, sekitar setengah populasi keledai kami dibunuh untuk diperdagangkan [kulitnya],” kata Dr. Oyango, seraya menegaskan bahwa larangan itu tidak hanya akan menyelamatkan populasi keledai tetapi juga mata pencaharian jutaan orang yang mengandalkan hewan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Sekitar dua pertiga dari 53 juta total populasi keledai dunia berada di Afrika. Masyarakat miskin, penduduk di pedesaan dan kampung terpencil banyak yang mengandalkan tenaga keledai untuk transportasi dan membawa air, makanan serta barang-barang lainnya.
Menurut hasil studi belum lama ini di Ethiopia – yang dimaksudkan untuk mengukur nilai ekonomi hewan keledai – menunjukkan bahwa kepemilikan satu ekor keledai saja sangat berarti untuk menaikkan taraf kehidupan masyarakat miskin.
Raphael Kinoti, direktur regional Afrika Timur organisasi peduli hewan The Brooke, mengatakan penjagalan keledai untuk diambil kulitnya telah menggerogoti kehidupan masyarakat Afrika, merampok budaya benua itu, keberagamannya serta identitasnya.
“Kami mendesak semua anggota Uni Eropa melaksanakan keputusan itu demi kebaikan kita semuanya,” tegas Kinoti.*