Hidayatullah.com– Gereja Westminster Abbey telah setuju “pada prinsipnya” untuk mengembalikan sebuah tablet sakral hasil curian ke Gereja Ortodoks Ethiopia.
Tabot itu, sebuah papan kayu datar kehitaman yang di atasnya terukir tulisan yang menyimbolkan Ark of the Covenant and the Ten Commandments (Tabut Perjanjian dan Sepuluh Perintah Tuhan), berada di Abbey sejak pasukan kolonial Inggris membawanya dari Battle of Maqdala, ketika benda sakral umat Kristen Ethiopia itu dicuri pada 1868. Westminster Abbey merupakan gereja Anglikan di bawah Church of England yang terletak di London, tempat banyak anggota keluarga Kerajaan Inggris melangsungkan pernikahan.
Seorang juru bicara untuk Westminster Abbey mengatakan bahwa pihak Dean and Chapter of Westminster Abbey, otoritas pengelola gereja itu, “pada prinsipnya” setuju untuk mengembalikan papan sakral itu ke Gereja Ortodoks Ethiopia, lansir The Guardian mengutip laporan Art Newspaper (19/2/2024).
“Kami saat ini sedang mempertimbangkan cara untuk mewujudkannya, dan kami masih terus berdiskusi dengan perwakilan dari Gereja Ortodoks Ethiopia Tewahedo. Ini merupakan masalah yang kompleks, dan kemungkinan akan membutuhkan waktu cukup lama,” imbuhnya.
Westminster Abbey berada di bawah yurisdiksi Kerajaan Inggris, yang artinya Raja Charles III sebagai pimpinan tertinggi Church of England kemungkinan akan menyetujui pengembalian tabot tersebut.
Westminster Abbey tidak menjelaskan mengapa pihaknya sekarang berubah sikap dan bersedia mengembalikan barang curian itu.
Namun, beberapa tahun terakhir berbagai institusi di Eropa didesak untuk mengembalikan barang-barang dan artefak yang dibawa ke Eropa pada masa penjajahan. Beberapa artefak perunggu Benin, yang dijarah oleh pasukan kolonial Inggris pada 1897 dari wilayah yang sekarang Nigeria, telah dikembalikan setelah puluhan tahun kampanye pengembaliannya digaungkan.
Langkah Westminster Abbey ini akan menimbulkan tekanan bagi British Museum, yang saat ini menyimpan 11 tabot di koleksinya yang tidak dipamerkan ke publik tetapi diperbolehkan untuk dikunjungi oleh para rohaniwan Gereja Ortodoks Ethiopia.
Berdalih untuk mempertahankan benda-benda itu agar tetap berada di museumnya, seorang jubir British Museum berkata, “Koleksi British Museum ini menceritakan kisah pencapaian budaya manusia lebih dari 2 juta tahun. Kehadiran tabot-tabot dalam koleksi ini, bersama dengan benda-benda lainnya dari Ethiopia, menunjukkan nafas dan keberagaman tradisi keagamaan di Ethiopia, yang mencakup ajaran Kristen, Islam dan Yahudi serta aliran kepercayaan lain.”
Keengganan British Museum untuk melepaskannya, sementara desakan untuk pengembalian benda-benda sakral itu semakin menguat, akhirnya memunculkan ide untuk “meminjamkan” tabot ke sebuah Gereja Ortodoks Ethiopia di Inggris “supaya benda itu dapat dilestarikan oleh para rohaniwannya sesuai dengan tradisi mereka”.
Namun, langkah “peminjaman” itu dipertanyakan oleh kalangan rohaniwan Ethiopia yang mengatakan tidak mungkin dilakukan disebabkan mahalnya asuransi yang harus dibayar untuk artefak-artefak kuno itu.
Rev Gebre Georgis Dimtsu, dari Gereja Debre Bisrat St Gabriel di bagian timur London, mengatakan kepada The Guardian bahwa tidak memungkinkan bagi gerejanya untuk menyimpan benda tersebut disebabkan biaya yang harus dikeluarkan sangat mahal. Oleh karenanya, tidak ada jalan lain kecuali artefak sakral itu harus dikembalikan permanen ke tempat asalnya yaitu Ethiopia.
“Benda-benda itu harus dikembalikan ke tempat mereka seharusnya berada dan di mana umat selama ini memujanya,” kata Dimtsu.
Sebuah tabot yang disimpan oleh sebuah institusi Inggris sudah dikembalikan ke Ethiopia tidak lama setelah ditemukan di sebuah lemari gereja di Edinburgh 23 tahun silam.
Ketika artefak itu mendarat di negeri asalnya, yang sudah dinantikan kedatangannya selama puluhan tahun, pemerintah mengumumkan libur nasional dan ribuan orang berjajar di jalan-jalan ibu kota Addis Ababa untuk menyaksikannya.*