Hidayatullah.com– Lebih dari 280 pelajar yang diculik di kota kecil Kuriga di bagian barat laut Nigeria awal bulan ini telah dilepaskan dalam keadaan “tidak terluka”, kata para pejabat.
Uba Sani, gubernur negara bagian Kaduna, tidak menberikan oenjelasan terperinci perihal pembebasan tersebut, yang dilakukan beberapa hari sebelum batas akhir penyerahan uang tebusan yang diminta penculik, lapor BBC Ahad (24/3/2024).
Anak-anak itu, berusia 8-15 tahun, dan seorang guru diculik pada 7 Maret.
Geng penculik alias bandit telah menculik ribuan orang berapa tahun terakhir, terutama di bagian barat laut Nigeria.
Mereka yang diculik biasanya dibebaskan setelah uang tebusan dibayar, yang bernasib kurang beruntung ada yang kehilangan nyawanya.
Bandit pelaku penculikan 7 Maret itu meminta tebusan $690.000. Namun, Presiden Bola Tinubu menegaskan bahwa pemerintah tidak akan mengeluarkan uang untuk memenuhi tuntutan penculik.
Dalam pernyataannya, Gubernur Sani memuji Presiden Tinubu “karena telah memastikan anak-anak sekolah Kuriga yang diculik dilepaskan tanpa terluka”.
“Tentara Nigeria juga patit mendapatkan pujian khusus karena telah menunjukkan bahwa dengan keberanian, keteguhan dan komitmen, elemen-elemen kriminal dapat dilumpuhkan dan keamanan di masyarakat dapat dipulihkan,” kata Sani.
Penculikan massal di Kuriga itu terjadi pada 7 Maret pagi hari.
Menurut para saksi, para pelajar sedang berkumpul di lapangan sekitar pukul 08:30 (07:30 GMT) ketika puluhan pria bersenjata datang dengan mengendarai motor memasuki kompleks sekolah. Bandit-bandit itu menculik 187 siswa sekolah menegah dan 125 siswa sekolah dasar. Sebanyak 25 kemudian dikembalikan. Satu pelajar, diyakini berusia 14 tahun, tewas setelah ditembak oleh kawanan bersenjata itu.
Guna meredam industri penculikan yang marak di Nigeria, pemerintah pada 2022 membuat peraturan kontroversial yang mempidanakan siapa saja yang membayar uang tebusan yang diminta para bandit, dengan ancaman hukuman sedikitnya 15 tahun penjara. Namun, tidak seorang pun yang ditangkap dengan UU kontroversial itu.
Awal tahun ini, keluarga dari sekelompok anak perempuan kakak-beradik yang diculik di ibukota, Abuja, membantah pernyataan polisi bahwa pasukan keamanan telah menyelamatkanpata gadis belia itu. Pihak keluarga mengatakan tidak memiliki pilihan lain kecuali membayar uang tebusan yang diminta.
Muncul kemarahan global ketika kelompok bersenjata Muslim menculik hampir 300 anak perempuan di kota kecil Chibok di bagian timur laut Nigeria pada 2014.
Sejak itu kebanyakan korban sudah dibebaskan atau berhasil melarikan diri, tetapi puluhan gadis masih belum diketahui nasibnya sampai sekarang.*