Hidayatullah.com—Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI Rifki Ismail menyebutkan, potensi industri halal sangatlah besar. Hal itu karena jumlah muslim terbesar di dunia ada di negara Indonesia, yakni 236 juta jiwa.
Rifki merinci beberapa potensi yang dimaksud tersebut. Pertama adalah pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah di atas pertumbuhan perbankan konvensional.
“Bank konvensional tumbuh 10,2 persen. Sementara perbankan syariah pertumbuhan pembiayaannya 15,8 persen,” katanya dalam Seminar Nasional Ekonomi Syariah yang disiarkan RRI Net, Sabtu (23/3/2024).
Kedua, tambahnya, yakni Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dapat juga disebut Sukuk Negara. “Surat berharga yang diberikan pemerintah untuk mendapatkan pembiayaan,” ujarnya. “Proyek yang menggunakan Sukuk ada 3.760,” ucapnya. “Ada untuk jalan, jembatan, air, terminal, dan lain-lain”.
Ketiga, lanjutnya, adalah industri halal yang pertumbuhannya sangatlah bagus. “Ada tiga sekarang yang dikembangkan, makanan minuman halal, pakaian, dan wisata ramah muslim,” katanya.
“Indonesia sekarang jadi nomor satu di dunia destinasi utama wisata halal. Indonesia negara paling dermawan, karena suka sedekah”.
Ia menegaskan, potensi industri halal di Indonesia sangatlah besar bukanlah isapan jempol belaka. “(Buktinya, red) pertumbuhan ekonomi Indonesia itu sekitar 20 persen dari industri halal,” ujarnya.
Meski demikian, Rifki menekankan, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, untuk mengembangkan industri halal. “Misalkan ketersediaan kualitas bahan baku halal, dorong terus keuangan syariah, perbankan syariah, dan literasi agar masyarakat paham,” ucapnya.*