Hidayatullah.com—Konsorsium organisasi profesi psikiater dan psikolog meluncurkan buku pedoman kesehatan jiwa Indonesia. Deklarasi yang dilaksanakan di Jakarta, Sabtu (4/5/2024), dirasa perlu karena melihat kondisi kejiwaan bangsa Indonesia semakin memprihatinkan akhir-akhir ini.
“Pedoman kesehatan jiwa berbasis Pancasila ini sangat penting, mengingat pedoman kesehatan jiwa yang kita pakai selama ini bukan buatan sendiri, dan dalam perkembangannya sudah tidak cocok dengan nilai-nilai bangsa Indonesia, “ demkian menurut pengajar psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Bagus Riyono, M.A kepada hidayatullah.com.
Menurut Bagus, pedoman kesehatan jiwa adalah hasil kolaborasi dari organisasi profesi yang terkait dengan kesehatan jiwa di Indonesia yang secara umum merupakan organisasi profesi dari para psikiater dan psikolog.
Untuk diketahui, berdasar Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 prevalensi gangguan mental emosional berupa depresi dan cemas pada masyarakat berumur diatas 15 tahun mencapai 11,6 persen.
Jika jumlah penduduk pada kelompok umur tersebut tahun 2010 ada 169 juta jiwa, jumlah ODMK dan ODGJ sekitar 19,6 juta orang.
Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan tahun 2020 menunjukkan bahwa 24,8% responden memiliki gangguan tidur, 6,8% mengalami kecemasan, dan depresi sebesar 8,5%.
Kasus-kasus gangguan jiwa yang berujung pada bunuh diri juga semakin memprihatinkan. Sementara itu, profesional di bidang kesehatan jiwa di Indonesia selama ini masih berpegang pada panduan yang diimpor dari luar negeri, terutama Amerika Serikat.
Padahal, kesehatan jiwa adalah kondisi yang sangat erat kaitannya dengan latar belakang budaya dan kehidupan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, bangsa Indonesia membutuhkan panduan kesehatan jiwa sendiri yang disusun dan diturunkan dari falsafah kehidupan serta tata nilai bangsa Indonesia.
“Pedoman kesehatan jiwa ini diharapkan bisa menjadi pedoman bagi profesional kesehatan jiwa di seluruh Indonesia sehingga penanganan kesehatan jiwa di Indonesia akan lebih efektif, tepat sasaran, dan sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia,” ujar Bagus.
Bagus juga mengatakan, di antara sistem nilai yang khas bagi bangsa Indonesia adalah keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. “Secara formal ini sudah tertulis dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,” tambah dia.
Sistem nilai ketuhanan ini justru sangat penting sekali perannya pada kesehatan jiwa, yang tidak dimiliki di negara lain.
Perlu diketahui, ilmu psikologi konvensional berasal dari peradaban sekuler, yang justru mengingkari realitas yang bersifat hakiki ini. Oleh karena itu, sebuah pedoman kesehatan jiwa Indonesia yang didasarkan pada hakikat jiwa manusia ini perlu disusun para profesional kesehatan jiwa di Indonesia. Deklarasi pedoman kesehatan jiwa ini dihadiri oleh beragam organisasi profesi. Di antara yang hadir adalah; Dr. Bagus Riyono, M.A (Presidium Ketua Gerakan Indonesia Beradab/GIB), Dr. dr. Fidiansjah M. Ahmad, Sp.KJ (Direktur Utama RSJMM Bogor 2020-2023), , dr. Agung Frijanto, Sp.KJ., MH (Ketua PP PDSKJI), psikolog Dr. Andik Matulessy, M.Si (Ketua Umum HIMPSI 2022-2026), Prof. Dr. Taufik Kasturi, S.Psi., M.Si (Ketua Umum Himpunan Psikologi Indonesia), Guru Besar Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang juga eksekutive di International Association of Muslim Psychologist (IAMP), Dr. Retno Kumolohadi, S.Psi., M.Si (psikolog dan ketua Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia), Dr. Agus Abdul Rahman, M.Psi (Ketua Asosiasi Psikologi Islam/API).*