Hidayatullah.com—Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengklaim ada 1.000 anggota Hamas menerima perawatan medis di negaranya, meskipun seorang pejabat mengatakan yang dimaksud adalah ‘warga Palestina secara umum’.
Erdogan mengatakan dalam pidatonya pada hari Senin bahwa ratusan pejuang Hamas saat ini dirawat di rumah sakit negaranya.
Pernyataan tersebut disampaikan Erdog an dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis di Ankara, pada konferensi pers bersama yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan antar negara.
Dalam pidatonya, Erdogan juga mengatakan bahwa Hamas bukanlah “organisasi teror” melainkan “gerakan perlawanan” yang membela warga Palestina dan tanah mereka.
“Jika Anda menyebut Hamas sebagai ‘organisasi teroris’, ini akan membuat kami sedih,” kata Erdogan pada konferensi tersebut setelah PM Mitsotakis menyebut Hamas sebagai organisasi teroris.
“Kami tidak menganggap Hamas sebagai organisasi teroris. Lebih dari 1.000 anggota Hamas sedang dirawat di rumah sakit di seluruh negara kami,”ujar dia.
Namun seorang pejabat Turki mengatakan bahwa presiden tersebut “salah bicara” dan bermaksud merujuk pada warga Palestina yang umumnya berasal dari Jalur Gaza yang dirawat di Turki, lapor Reuters.
Turki sangat pro-Gaza dan pro-Palestina sejak penjajah ‘Israel’ melancarkan agresi di wilayah tersebut lebih dari tujuh bulan lalu, yang menewaskan sedikitnya 35.173 warga Palestina pada hari Selasa.
Erdogan telah mengkritik ‘Israel’ dalam beberapa kesempatan atas kekejaman yang dilakukan selama serangan tanpa pandang bulu di Jalur Gaza.
Pasukan Zionis ‘Israel’ telah menargetkan bangunan tempat tinggal, rumah sakit, sekolah dan infrastruktur penting lainnya, sehingga menghancurkan wilayah Palestina secara total.
Sejak runtuhnya Khilafah Utsmani, tepatnya tahun 1949, Turki yang dibawa menuju sistem sekuler, mengakui ‘Israel’. Namun di era Erdogan dan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) secara perlahan, kebijakan negara itu lebih pro-Palestina.
Pada November tahun lalu, presiden Turki menyebut ‘Israel’ sebagai “negara teror” dan “melakukan kejahatan perang dan melanggar hukum internasional di Gaza”.
Ia juga menyerukan agar para pemimpin ‘Israel’ diadili atas kejahatan perang di Mahkamah Internasional di Den Haag.
Pada bulan Desember, Erdogan mengatakan “tidak ada perbedaan” antara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Adolf Hitler.
Di tengah agresi, banyak warga Palestina diterbangkan ke Turki untuk menerima perawatan medis atas luka akibat pemboman ‘Israel’, serta kanker.
Pada akhir Desember, tiga warga Palestina yang dirawat di Ankara dimakamkan di Turki, setelah mereka meninggal karena luka dan penyakit yang mereka derita.
Baru-baru ini, Turki mengatakan akan menghentikan semua impor dan ekspor ke ‘Israel’, dengan alasan operasi militer yang sedang berlangsung di Gaza.
76 Tahun Peringatan Nakba
Berkenaan dengan peringatan 76 tahun Nakba Palestina, Erdoğan menyampaikan salam kepada rakyat Palestina dan mengatakan bahwa Türkiye “menyimpan harapan bahwa mereka akan segera kembali ke rumah mereka.”
Dia menekankan bahwa Türkiye akan “terus mendukung Hamas, yang berjuang demi kemerdekaan wilayahnya sendiri dan membela Anatolia.”
“Israel tidak akan berhenti di Gaza, dan jika tidak dihentikan, negara jahat ini pada akhirnya akan menargetkan Anatolia dengan khayalannya tentang tanah perjanjian.”
Dia menegaskan kembali bahwa PM Zionis ‘Israel’ Benjamin “Netanyahu dan mereka yang terlibat dalam genosida akan bertanggung jawab atas setiap tetes darah yang mereka tumpahkan.”
“Pada Nakba, Hari Bencana, kami sekali lagi menyatakan dengan seluruh keberadaan dan sumber daya kami bahwa kami mendukung Palestina dan perjuangan Palestina,” kata Erdogan.
“Kami (Türkiye) juga akan memastikan bahwa para pelaku genosida diadili,” tambahnya.
Türkiye hari Selasa mengatakan pihaknya memutuskan untuk menyerahkan deklarasi intervensi resminya dalam kasus genosida Afrika Selatan terhadap ‘Israel’ di Pengadilan Internasional.
Biro Pusat Statistik Palestina merilis sebuah laporan yang memperingati peringatan Nakba ke-76, yang menunjukkan bahwa sejak tahun 1948, sekitar 134.000 warga Palestina dan Arab telah terbunuh baik di dalam maupun di luar Palestina.
Peringatan Nakba tahun ini terjadi ketika rakyat Palestina di Jalur Gaza mengalami serangan gencar Israel yang telah terjadi sejak 7 Oktober, dan telah menewaskan lebih dari 35.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Pada hari Selasa, Menteri Luar Negeri Hakan Fidan mengatakan bahwa Turki telah memutuskan untuk menyerahkan deklarasi intervensi resminya dalam kasus genosida Afrika Selatan terhadap Israel ke Mahkamah Internasional.*