Hidayatullah.com – Pernyataan Elon Musk mengenai anaknya baru-baru ini viral di sosial media. Elon menyatakan bahwa putra tertuanya, Xavier, telah “mati” setelah terjangkit “virus woke” dan melakukan operasi ganti kelamin.
Elon Musk menambahkan bahwa dia “terkecoh” untuk membiarkan putranya bertransisi dari pria menjadi wanita dan menyalahkan semua kesalahan pada “pikiran kiri”.
“Pada dasarnya saya dikecoh untuk menandatangani dokumen untuk salah satu anak laki-laki saya yang lebih tua, Xavier. Ini terjadi sebelum saya benar-benar memahami apa yang sedang terjadi,” kata Elon dalam wawancara dengan Jordan Peterson yang disiarkan di Daily Wire pada Senin (22/07).
“Saya bersumpah untuk menghancurkan virus woke setelah itu… dan kami membuat beberapa kemajuan.”
Dia menambahkan, “Tidak dijelaskan kepada saya bahwa penghambat pubertas sebenarnya hanyalah obat sterilisasi.”
Xavier yang kini dikenal sebagai Vivian Jenna Wilson pernah bertengkar dengan Elon Musk karena mereka memiliki pandangan politik yang berbeda. Selain itu, Elon Musk menyebutnya “komunis” karena berpikir bahwa “semua orang kaya itu jahat.”
Dalam wawancaranya dengan Jordan Peterson itu, Elon mengatakan bahwa dokter mengatakan kepadanya bahwa putranya, Xavier, mungkin akan bunuh diri jika dia tidak berubah. Namun, Peterson membantah dengan mengatakan bahwa depresilah yang menyebabkan bunuh diri dan bukan disforia gender.
Menurut Daily Mail, Vivian Jenna Wilson dilaporkan mengaku sebagai transgender pada usia 16 tahun kepada bibinya dan menyuruhnya untuk tidak memberi tahu sang ayah.
Elon Musk kemudian menambahkan pada tahun 2020 bahwa hubungannya dengan Vivian mungkin akan berubah. Di sisi lain, dia mengatakan bahwa dia memiliki hubungan yang baik dengan anak-anaknya yang lain, “Anda tidak bisa memenangkan semuanya.”
Dia juga menambahkan bahwa Vivian tidak lagi ingin menghabiskan waktu bersamanya.
Woke atau Wokeness
Woke adalah istilah yang berasal dari Amerika Serikat, dan merujuk pada kesadaran akan isu-isu terkait keadilan sosial dan keadilan rasial.
Istilah ini pertama kali muncul pada tahun 1940an dan sejak 2010 telah menjadi istilah gaul yang lebih umum terkait dengan keadilan sosial, politik sayap kiri, aktivisme keadilan sosial atau liberal seperti anti-rasisme, LGBT, feminisme dan lingkungan.*