Hidayatullah.com– Banjir hebat yang disebabkan oleh hujan lebat menimbulkan banyak kerusakan di Niger sejak Juni, menewaskan 339 orang dan membuat lebih dari 1,1 juta orang menjadi pengungsi, kata pihak berwenang.
Cuaca ekstrem menghancurkan rumah-rumah, memusnahkan ternak, dan menghabiskan persediaan makanan.Banjir tahun ini jauh lebih merusak daripada tahun-tahun sebelumnya, dengan beberapa wilayah mengalami peningkatan curah hujan hingga 200 persen, menurut badan meteorologi nasional. Ibu kota Niamey termasuk di antara daerah yang paling parah terkena dampak.
Banjir bukanlah hal yang jarang terjadi di Niger, di mana musim hujan berlangsung dari bulan Juni sampai September, tetapi skala kehancurannya tidak pernah separah ini sebelumnya, lansir RFI Rabu (9/10/2024).
Hujan deras juga telah menghancurkan sebuah masjid bersejarah di Zinder, kota terbesar kedua di negara itu. Masjid yang dibangun pada pertengahan abad ke-19 tersebut merupakan bangunan ikonik di negara berpenduduk mayoritas Muslim itu.
Banjir telah memaksa pemerintah untuk menunda dimulainya tahun ajaran hingga akhir Oktober, karena banyak sekolah rusak dan beberapa sekolah diubah fungsinya menjadi tempat penampungan bagi keluarga-keluarga yang terdampak banjir.
Banjir yang semakin parah itu merupakan bagian dari pola yang lebih luas dari peristiwa cuaca ekstrem di Sahel yang berkaitan dengan perubahan iklim.
Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa peningkatan emisi karbon dari bahan bakar fosil menyebabkan musim hujan yang lebih panjang dan lebih lebat di negara-negara seperti Niger.
Pada tahun 2022, 195 orang meninggal dalam kondisi serupa. Upaya untuk mengurangi dampak banjir menjadi semakin mendesak.
Sementara itu negara tetangga Mali juga menghadapi bencana tersendiri, dengan lebih dari 40 orang tewas dan ribuan orang mengungsi.
Pemerintah sudah meminta bantuan dari masyarakat internasional, mengharapkan dana €4,5 juta untuk mengatasi kerusakan material dan mencegah risiko kesehatan akibat banjir.*