Hidayatullah.com– Pengadilan di Korea Selatan menyatakan mantan kepala kepolisian Seoul tidak bersalah dalam dakwaan kelalaian yang mengakibatkan kerusuhan maut di saat perayaan Halloween di Itaewon tahun 2022 yang menewaskan 159 orang.
Kim Kwang-ho merupakan personel kepolisian dengan pangkat tertinggi yang didakwa dalam kasus yang terjadi di distrik hiburan malam Itaewon tersebut.
Dalam persidangan hari Kamis (17/10/2024), hakim menyatakan bukti-bukti yang diajukan pihak jaksa penuntut tidak mencukupi untuk membuktikan Kim benar-benar lalai dalam tugasnya sebelum insiden dan saat menanggapi insiden kerusuhan tersebut.
Seorang petugas kepolisian berpangkat rendah, Lee Im-jae, bulan lalu divonis hukuman penjara 3 tahun karena gagal mencegah terjadinya keramaian maut yang mengejutkan masyarakat internasional itu.
Keputusan hakim yang membebaskan Kim tersebut mengundang protes keras dari pihak keluarga korban.
Kim baru didakwa pada Januari, lebih dari setahun setelah tragedi tersebut. Keluarga korban mengatakan dia seharusnya didakwa lebih awal. Kim diberhentikan dari jabatannya pada bulan Juni setelah menerima tindakan disipliner berkaitan insiden tersebut, menurut laporan kantor berita Yonhap seperti dilansir BBC.
Dua orang lain yang didakwa bersama Kim, yang bekerja sebagai petugas manajemen situasi pada hari terjadinya insiden, Ryu Mi-jin dan Jeong Dae-gyeong, juga dinyatakan tidak bersalah.
Keluarga para korban menyatakan mereka mengutuk keras putusan hakim tersebut dan meminta jaksa mengajukan banding.
Sebagian besar korban tewas pada malam 29 Oktober 2022 adalah anak muda yang sedang merayakan Halloween di Itaewon, yang terkenal dengan bar dan restoran yang berjejer di jalan-jalan sempit. Desak-desakan keramaian yang berujung maut itu terjadi di salah satu gang sempit yang konturnya menanjak.
Menurut sejumlah pihak, lebih dari 100.000 anak muda memenuhi jalan-jalan dan gang sempit di Itaewon pada malam itu. Insiden konon terjadi ketika massa bergerak untuk melihat idola K-pop yang kabarnya hadir di Itaewon.
Hal yang disesali adalah kenapa pihak berwenang membiarkan ribuan orang berkumpul dalam waktu bersamaan di satu area sempit seperti Itaewon.*