Hidayatullah.com– Sindrom Hikikomori atau sikap menarik diri dari kehidupan dan pergaulan sosial, semakin tampak di kalangan masyarakat Turki, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap kesehatan mental dan perkembangan sosial kalangan muda.
Pertama kali diidentifikasi di Jepang, sindrom Hikikomori ditandai dengan isolasi diri seseorang dari berinteraksi dengan orang di sekitarnya dan kemudian berkembang menjadi tindakan menghindari tanggung jawab sosial.
“Kaum muda di Turki saat ini mengalami tekanan serius disebabkan ekspektasi yang tinggi untuk meraih kesuksesan dan tekanan dari keluarga mereka serta masyarakat,” kata Yasemin Kuş, dosen psikologi di Istanbul Commerce University.
”Standar kesuksesan yang tinggi dalam bidang pendidikan dan bisnis, ditambah dengan ekspektasi yang ditetapkan oleh media sosial, dapat membuat seseorang merasa tidak cukup baik. Tekanan ini sering kali menyebabkan penarikan diri dari lingkungan sosial dan, pada banyak kasus, sindrom Hikikomori,” imbuh Kuş, seperti dilansir Hürriyet Daily News Selasa (12/11/2024).
Psikolog Yeşim Akıncı menekankan bahwa ciri utama Hikikomori adalah penarikan diri dari kehidupan sosial yang parah, yang memberi ruang bagi berkembangnya gangguan kejiwaan.
“Anak-anak dengan sindrom ini cenderung menutup diri dari dunia di sekitar mereka. Hal ini dapat mengganggu kesehatan mental dan kehidupan sehari-harinya, sehingga mereka tidak dapat ambil bagian dalam aktivitas sosial atau profesional yang normal,” tegas Akıncı.
Maraknya penggunaan media sosial juga menjadi faktor penyebabnya, menurut Akıncı.
Aleyna Özcan, seorang psikolog klinis, menunjukkan bahwa mereka yang memiliki kepribadian introvert atau memiliki tingkat stres, kecemasan, dan kekhawatiran yang tinggi lebih rentan mengalami sindrom tersebut.
Para ahli sepakat bahwa menggalakkan kegiatan sosial dan membina hubungan kekeluargaan yang lebih erat sangat penting dalam upaya memerangi masalah yang terus merebak ini.*