Hidayatullah.com—Mantan Direktur Center for Policy and Development Studies (CPDS M. Prof Dr Din Syamsuddin mengatakan, gebrakan Presiden Prabowo Subianto sebagai sesuatu yang perlu diberi apresiasi.
“Presiden Prabowo Subianto melakukan gebrakan signifikan. Keputusannya tentang kenaikan gaji guru dan buruh yang diumumkannya sendiri sungguh patut disyukuri dan diapresiasi,” ujar Din Syamsuddin dalam pernyataan yang dikirim ke redaksi, Senin (2/12/2024).
Masalah Indonesia selama ini adalah perlakuan terhadap guru dan buruh buruk dan tidak berkeadilan. Presiden sebelumnya terkesan tidak peduli dan abai terhadap janji-janji politik sewaktu Pilpres.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ke-14 ini mengatakan, meski banyak yang meragukan, dirinya meyakini Prabowo Subianto akan melakukan gebrakan.
“Watak dasarnya berkomitmen pada kerakyatan. Seperti bapaknya, Sumitro Djojohadikusumo, Prabowo menganut ekonomi kerakyatan seperti pada Pasal 33 UUD 1945. Oleh karena itu, saya berkeyakinan Presiden Prabowo Subianto akan bersungguh-sungguh menerapkan janji-janjinya terutama utk mengatasi kemiskinan, memberantas korupsi, dan mengakkan kedaulatan rakyat,” ujarnya.
Menurut Din, tantangan internal besar yang dihadapi Presiden Prabowo saat ini adanya political liability (beban politik) dari sejumlah pembantu dekatnya, baik karena kapasitas, integritas, maupun keterdugaan korupsi.
Selain itu, pengaruh kaum oligarki dan kaum kleptokrat akan menjadi pengganggu serius pemerintahan Prabowo Subianto.
“Sebagai rakyat kita menunggu gebrakan-gebrakan Presiden selanjutnya. Jika beliau tegas mengatasi masalah dan tantangan tadi maka lima tahun kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto akan menoreh catatan emas dalam sejarah kebangsaan Indonesia,” ujarnya.
Namun jika hal itu tidak terjadi, maka kecemasan banyak pihak bahwa ia akan hanya jadi boneka dan pelanjut perusakan sistematis Indonesia akan menjadi kenyataan, dan akan membuktikan ucapannyanya sendiri beberapa tahun lalu bahwa pada 2030 Indonesia akan menjadi negara gagal (failed state),’ tambah dia.
Din mengatakan dirinya siap bersama para kaum kritis dan tetap menyuarakan kebenaran kepada presiden baru, meskipun dirinya telah mengenal dekat dengan Presiden Prabowo.
“Sebagai sahabat lama Bapak Prabowo Subianto saya berpendirian: Sahabat yang baik adalah yang tidak segan mengatakan yang baik walau pahit,” ujar mantan Direktur Center for Policy and Development Studies (CPDS) ini.
Perlu diketahui, Bersama Jenderal R Hartono, Prabowo (saat masih kolonel) mendirikan Pusat Studi Kebijakan dan Pembangunan (CPDS) tahun 1992, sebuah wadah pemikir strategis yang terkait dengan komunitas Islam.
Beberapa akademisi sipil dan aktivis politik Dr. Amir Santoso dan Dr. Din Syamsuddin, pernah terlibat di dalamnya.*