Pertahanan Sipil Suriah (White Helmets) bersama pejuang oposisi, berupaya mengungkap ruang-ruang rahasia Penjara Sednaya (Shaydnaya), yang dijuluki Amnesty Internasional, karena dikenal penyiksaan keji di bawah rezim Bashar al-Assad
Hidayatullah.com | INVESTIGASI Anadolu Agency (AA) tengah mendokumentasikan upaya untuk mengungkap ruang-ruang rahasia di Penjara Sednaya (Shaydnaya), yang terkenal karena penyiksaan keji di bawah rezim tiran, Bashar al-Assad.
Reporter Anadolu di Damaskus mendokumentasikan upaya Pertahanan Sipil Suriah (White Helmets) dan milisi oposisi, saat mereka berupaya mengungkap ruang-ruang tersembunyi di penjara tersebut.
Terletak 30 kilometer (18,6 mil) di utara Damaskus, penjara tersebut, yang terkenal karena penggunaan penyiksaan dan kekerasan yang berlebihan, diyakini memiliki beberapa lantai bawah tanah.
Pintu bawah tanah Penjara Sednaya
Pertahanan Sipil Suriah mengatakan bahwa mereka telah memobilisasi upaya untuk menyelidiki kesaksian dari para penyintas tentang penahanan tahanan di sel-sel bawah tanah di Penjara Sednaya.
Direktur White Helmets Raed Al Saleh mengatakan pada X bahwa lima tim tanggap darurat khusus telah dikirim ke Sednaya, dengan dua pemandu yang memahami tata letak penjara membantu mereka.
Menurut para saksi, upaya penyelamatan tahanan yang hampir mati lemas akibat ventilasi yang buruk di penjara sedang berlangsung. Untuk membebaskan tahanan yang terlihat dalam rekaman keamanan, pintu elektronik ke lantai bawah tanah perlu dibuka.
Pemerintah setempat meminta mantan tentara dan staf penjara dari rezim yang jatuh untuk memberikan kode guna membuka pintu.
‘Mereka menunggu untuk dieksekusi pada siang hari’
Pengguna media sosial dan outlet media membagikan gambar pengunjuk rasa yang menyerbu Penjara Sednaya dan membebaskan tahanan.
Di antara mereka yang dibebaskan terdapat anak-anak kecil yang ditahan bersama ibu mereka. Dalam beberapa rekaman, mantan tahanan terlihat tidak dapat berjalan karena disiksa, merangkak keluar dari penjara.
Sebuah video yang dibagikan oleh Asosiasi Tahanan dan Orang Hilang Penjara Sednaya (ADMSP) memperlihatkan para wanita yang dibebaskan dari penjara terkenal itu.
Dalam rekaman tersebut, mereka diberi tahu, “Assad sudah pergi, jangan takut!”
Video lain yang beredar di media sosial menunjukkan orang-orang menunggu di dekat penjara, berharap untuk mengetahui apakah kerabat mereka termasuk di antara mereka yang dibebaskan.
Rekaman terpisah, yang dikatakan direkam di jalan-jalan Damaskus, menunjukkan tahanan yang dibebaskan berlari dengan gembira.
Dalam video tersebut, seorang mantan tahanan bertanya kepada seorang pejalan kaki tentang apa yang terjadi dan bereaksi terhadap jatuhnya Assad dengan meneriakkan: “Kami telah menggulingkan rezim.”
Video lain yang beredar di media sosial menampilkan seorang tahanan Suriah, yang tinggal beberapa jam lagi akan dieksekusi, menggambarkan kebebasannya setelah rezim tiran tersebut runtuh.
“Eksekusi kami dijadwalkan setengah jam yang lalu. 54 orang… Eksekusi kami hari ini,” katanya.
Pusat penyiksaan rezim Bashar al-Assad
Menurut laporan organisasi internasional, Penjara Militer Sednaya menjadi pangkalan untuk menahan pengunjuk rasa damai anti-rezim dan penentang militer setelah pembebasanan Maret 2011.
Penjara tersebut, di bawah naungan Kementerian Pertahanan rezim Assad, diubah menjadi tempat penyiksaan.
Laporan menunjukkan bahwa pejabat rezim secara diam-diam dan sistematis mengatur pembunuhan ribuan tahanan di Sednaya.
Antara tahun 2011 dan 2015, eksekusi mingguan, dan terkadang dua mingguan, dilakukan dengan cara digantung, dengan sekitar 50 orang dieksekusi dalam satu waktu.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa rezim tersebut secara sengaja menahan tahanan dalam kondisi yang tidak manusiawi, menyiksa mereka berulang kali, dan secara sistematis tidak memberi mereka makanan, air, obat-obatan, dan perawatan medis.
Investigasi Amnesty International tahun 2017 menyimpulkan bahwa pembunuhan dan penyiksaan di Sednaya sejak tahun 2011 merupakan bagian dari serangan yang meluas dan sistematis terhadap penduduk sipil Suriah, sebagai bagian dari kebijakan rezim.
Laporan oleh kelompok hak asasi manusia yang berpusat di London tersebut menyimpulkan bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh pejabat rezim di Sednaya merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Bocoran tahanan yang disiksa di penjara Sednaya
Dokumentasi foto-foto yang diambil oleh seorang prajurit, dengan nama sandi “Caesar,” yang bertanggung jawab untuk mendokumentasikan mayat-mayat yang dibawa ke rumah sakit militer selama perang saudara, diyakini memperlihatkan sekitar 11.000 orang, berusia antara 20 dan 40 tahun, yang disiksa dan dibunuh oleh rezim dengan menggunakan metode yang tidak manusiawi.
“Caesar” yang merupakan pembelot rezim Bashar, melarikan diri dari Suriah, menggambil gambar-gambar antara Mei 2011 dan Agustus 2013. Gambar-gambar mayat tersebut menggambarkan luka-luka yang ditimbulkan oleh pasukan rezim di fasilitas militer, yang membuktikan bagaimana para tahanan disiksa dan dibunuh.
Sebanyak 55.000 foto yang diambil oleh “Caesar” pertama kali dirilis oleh Anadolu pada tahun 2014.
Foto-foto ini, yang memperlihatkan kejahatan perang rezim – termasuk penyiksaan sistematis dan kelaparan yang menyebabkan kematian – mengejutkan dunia dan menjadi bukti utama kekejaman yang dilakukan oleh rezim Assad.
Jumlah Penjara Suriah
Lebih dari 100 fasilitas penahanan – menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)– dan sejumlah fasilitas rahasia yang tidak diketahui jumlahnya. Dua penjara paling terkenal adalah Tadmor dan Sednaya.
Mereka berada di gurun kota kuno Palmyra dan di luar Damaskus. Pada tahun 2014. Human Rights Watch (HRW) memperkirakan bahwa foto-foto “Caesar” itu membuktikan sedikitnya 6.786 orang telah tewas dalam tahanan pemerintah.
Amnesty International juga menyebut Penjara Sadnaya sebagai – sebuah fasilitas yang dijuluki “rumah jagal manusia” pada tahun 2017, setelah menemukan bahwa ribuan orang telah dieksekusi di sana.
Mereka dibunuh dengan cara digantung massal atau disiksa hingga mati, termasuk dengan tidak diberi makanan, air, dan obat-obatan.
Pihak berwenang Suriah kemudian membuang mereka di kuburan massal. Amnesty mengatakan pembunuhan itu merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Menurut catatan, Sekitar 157.634 warga Suriah ditangkap antara Maret 2011 dan Agustus 2024. Dari jumlah tersebut, 5.274 adalah anak-anak dan 10.221 adalah wanita.
Ribuan lainnya diculik oleh dinas keamanan Suriah yang ditakuti selama pemerintahan ayah Bashar al-Assad, Hafez al-Assad, yang berkuasa pada tahun 1971. Bashar Al-Assad mengambil alih kendali negara setelah Hafez meninggal pada tahun 2000 dan kekuasannya jatuh hari Ahad (8/12/2024).* AA