Hidayatullah.com—Gerakan Hizbullah yang berafiliasi pada Syiah mendukung ‘Suriah baru’ setelah 13 tahun berpihak pada rezim tangan besi Bashar al-Assad. Ini adalah pernyataan pertamanya setelah kekuasaan Bashar al-Assad jatuh hari Ahad lalu.
Hizbullah Libanon hari Selasa menyatakan harapannya bahwa Suriah, dengan kepemimpinan barunya, akan “berada dalam posisi menolak penjajahan Israel”, tanpa menyinggung kelompok pembebasan Suriah.
“Kami berharap Suriah akan menentukan pilihan rakyatnya dalam rangka mencapai kebangkitan, dan berada dalam posisi menolak pendudukan Israel, mencegah campur tangan asing dalam urusannya,” ujar pernyatan Hizbullah sebagaimana dikutip laman Al-Araby, hari Rabu (11/12/2024).
Partai politik yang didukung sekutu utamanya Iran ini menambahkan bahwa mereka akan tetap “mendukung Suriah dan rakyatnya dalam menentukan masa depan mereka sendiri dan menghadapi musuh mereka, entitas Israel” yang sedang merebut wilayah itu, dalam pernyataan tersebut.
Selanjutnya milisi bersenjata Syiah ini mendesak Dewan Keamanan PBB dan komunitas internasional, serta negara-negara Arab dan Islam ikut bertanggung jawab atas hal ini, yang menurutnya harus “melindungi rakyat Suriah pada tahap yang sensitif dan kritis.”
Hizbullah 13 tahun mendukung Bashar
Sebagaimana diketahui, Hizbullah terlibat dalam perang saudara di Suriah sejak tahun 2011 (13 tahun lalu).
Bashar al-Assad berkuasa pada tahun 2000 setelah kematian ayahnya Hafez Assad, yang memerintah negara itu selama 29 tahun – dan sangat mirip dengan putranya, dengan tangan besi.
Assad junior mewarisi struktur politik yang dikontrol ketat dan represif, di mana oposisi tidak ditoleransi, kutip BBC.
Awalnya, ada harapan bahwa ia bisa bersikap berbeda – lebih terbuka, tidak terlalu brutal. Namun harapan itu hanya bertahan sebentar.
“Assad akan selalu dikenang sebagai orang yang dengan keras menindas protes damai terhadap rezimnya pada tahun 2011, yang menyebabkan perang saudara. Lebih dari setengah juta orang tewas, enam juta lainnya menjadi pengungsi,” tulis BBC.
Dengan bantuan Rusia dan Iran, ia menghancurkan para kelompok-kelompok oposisi. Bashar mengizinkan Rusia dengan menggunakan kekuatan udaranya yang tangguh, mengundang Iran mengirim penasihat militer ke Suriah, termasuk milisi bersenjata Hizbullah Libanon, yang berafiliasi Syiah, mengerahkan para milisinya yang terlatih.
Citra Hizbullah di dunia Arab – terutama di Suriah dan Libanon – telah sangat ternoda karena aktivitas sektariannya selama perang saudara Suriah, menyebabkan .*