Hidayatullah.com—Donor-donor internasional menjanjikan bantuan sebanyak seperempat miliar euro bagi Libanon, lima hari setelah ledakan besar mengguncang distrik pelabuhan di ibu kota Beirut.
Namun, konferensi tingkat tinggi yang digelar secara online yang digagas Prancis pada saat yang sama menyerukan agar negara Arab sedang diliputi berbagai krisis itu untuk melakukan reformasi.
“Bantuan harus diberikan tepat waktu, mencukupi dan konsisten dengan kebutuhan rakyat Libanon,” kata KTT tersebut yang diikuti 15 kepala pemerintahan yang dipimpin Presiden Prancis Emmanuel Macron, seraya menambahkan bahwa bantuan harus langsung disampaikan ke rakyat dengan efisiensi dan transparansi tinggi.
Para donor bersedia memberikan bantuan jangka panjang untuk pemulihan Libanon jika pemerintahnya mau mendengarkan perubahan yang dituntut rakyat, kata komunike yang dikeluarkan KTT tersebut seperti dilansir BBC Ahad (9/8/2020).
Libanon saat ini berada di tengah krisis ekonomi terburuk sejak perang sipil 1975-1990, setiap hari terjadi pemadaman listrik, air bersih layak minum tidak cukup tersedia, pelayanan kesehatan publik yang layak pun tidak ada. Akibat mata uangnya yang jatuh, Libanon harus menegosiasikan ulang utang-utangnya, termasuk dengan Dana Moneter Internasional (IMF) yang menjanjikan dana talangan $10 miliar untuk mengangkat negara itu dari keterpurukan.
Ledakan 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di gudang pelabuhan Beirut hari Selasa pekan lalu menambah masalah rumit yang membelit negara Arab itu, yang selama puluhan tahun tidak pernah lepas dari pertikaian politik dan sektarian. Ledakan itu menyebabkan sedikitnya 158 orang tewas, 6.000 orang terluka dan 300.000 orang kehilangan tempat tinggal. Para pejabat memperkirakan kerusakan yang diakibatkan itu mencapai $15 miliar.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan lebih dari $100 juta diperlukan untuk kebutuhan darurat kemanusiaan seperti makanan dan air, serta pembangunan kembali infrastruktur seperti rumah sakit dan sekolah.
Kantor Kepresidenan Emmanuel Macron mengatakan Prancis, yang merupakan negara bekas penjajah Libanon, telah mendapatkan janji bantuan sebesar €252,7 juta ($297 juta) dari KTT tersebut.
Mereka yang telah memberikan janji bantuan antara lain Uni Eropa (tambahan €30 juta, €33 juta yang dijanjikan sebelumnya); Inggris (tambahan £20 juta, pekan lalu janji £5 juta); Jerman (€10 juta, serta €1,5 janji sebelumnya); Prancis menjanjikan material rekonstruksi, bantuan medis dan makanan; Spanyol berjanji mengirimkan gandum, tenda dan suplai medis; Swiss ($4,38 juta); Amerika Serikat sejauh ini menjanjikan $15 juta; Qatar $50 juta; Kuwait $40 juta; Denmark $20 juta; Norwegia €6,6 juta.
Menanggapi unjuk rasa yang diwarnai kekerasan baik dari pihak demonstran maupun aparat keamanan, Presiden Macron menyeru kepada pemerintah Libanon agar mendengarkan tuntutan rakyat dan segera melakukan perubahan, serta menegaskan kerusuhan dan kekerasan yang kerap terjadi di negara itu seharusnya tidak dibiarkan berlangsung berkepanjangan.*