Hidayatullah.com—Kejahatan yang menargetkan Muslim di Jerman telah meningkat secara signifikan pada tahun 2024, demikian temuan di Bundestag, parlemen federal Jerman baru-baru ini.
Sebanyak 1.554 tindakan kriminal terhadap Muslim tercatat tahun lalu, menurut tanggapan terhadap penyelidikan yang diajukan oleh Partai Kiri sosialis.
Tanggapan parlemen mencatat bahwa jumlah tindakan kriminal terhadap Muslim adalah 572 pada tahun 2022 dan 1.536 pada tahun 2023.
Serangan terhadap orang Sinti dan Romani di Jerman juga melonjak dari 171 pada tahun 2023 menjadi 176 pada tahun 2024.
“Angka-angka ini hanyalah puncak gunung es. Jumlah kejahatan yang tidak tercatat diperkirakan jauh lebih tinggi,” kata tanggapan tersebut.
Muslim di Jerman melaporkan serangan Islamofobia telah melonjak ketika babak baru konflik Palestina-Israel dimulai pada Oktober 2023.
CLAIM, jaringan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang memantau Islamofobia, melaporkan pada Juni 2024 bahwa 1.926 insiden anti-Muslim tercatat di Jerman pada tahun 2023.
Insiden tersebut berkisar dari percobaan pembakaran masjid di Bochum yang telah ditandai dengan swastika hingga pintu sebuah keluarga Muslim di Saxony yang ditembak oleh tetangga ekstremis sayap kanan, dan seorang wanita didorong ke rel kereta api di Berlin setelah ditanya apakah dia anggota Hamas.
Namun, pihak berwenang tidak cukup memperhatikan fenomena ini dan bahkan menyangkal keberadaannya, karena partai-partai arus utama mengambil alih kebijakan partai-partai sayap kanan anti-Islam yang popularitasnya melonjak, kata Rima Hanano dalam konferensi pers di Berlin untuk menyampaikan laporan tersebut.
Partai Alternatif untuk Jerman (AfD), yang dalam programnya menyatakan bahwa Islam bukan milik Jerman, telah melonjak ke posisi kedua dalam jajak pendapat selama dua tahun terakhir, yang memicu pembicaraan yang lebih keras tentang migrasi.
Kebijakan migrasi telah menjadi isu dominan dalam kampanye politik menjelang pemilihan umum Jerman pada 23 Februari.
Minggu lalu, proposal kontroversial blok oposisi sayap kanan-tengah Persatuan Demokratik Kristen (CDU)-Persatuan Sosial Kristen (CSU) untuk memperketat kebijakan migrasi disahkan di parlemen dengan dukungan anggota parlemen AfD.
Di negara yang sangat sensitif terhadap anti-Semitisme karena tanggung jawabnya atas Holocaust, otoritas Jerman lebih vokal dalam mengecam masalah itu daripada insiden anti-Muslim.
Masjid-masjid di Jerman juga melaporkan peningkatan vandalisme, pelecehan, dan ancaman sepanjang tahun 2023, khususnya surat dan paket yang ditandatangani dengan alias neo-Nazi “NSU 2.0.”*