Hidayatullah.com – Htet Min Oo sedang berwudhu dan bersiap melaksanakan shalat Jumat di sebuah masjid yang berada dekat rumahnya di Mandalay saat gempa bumi dahsyat mengguncang Myanmar.
Rumah Htet beserta sebagian bangunan masjid runtuh, menyebabkan separuh tubuhnya terperangkap di antara reruntuhan tembok. Ia masih beruntung, dua bibinya masih berada di dalam rumah, terperangkap sepenuhnya.
Tetangga Htet berusaha mengevakuasi kedua bibinya, namun hanya satu yang selamat.
Htet Min Oo, 25 tahun, mengatakan bahwa dua paman dan neneknya juga terjebak di bawah tumpukan beton. Tanpa alat berat, dia berusaha menyingkirkan reruntuhan dengan tangannya tetapi tidak bisa menggesernya.
“Saya tidak tahu apakah mereka masih hidup di bawah reruntuhan. Setelah sekian lama, saya rasa tidak ada harapan lagi,” katanya melansir New Arab pada Sabtu.
“Terlalu banyak reruntuhan dan tidak ada tim penyelamat yang datang kepada kami,” tambahnya, suaranya bergetar saat ia menangis.
Ratusan Muslim dikhawatirkan menjadi korban tewas di Myanmar setelah gempa dahsyat terjadi ketika para jamaah berkumpul di masjid-masjid untuk melaksanakan shalat Jumat di bulan Ramadhan ini.
Lebih dari 50 masjid mengalami kerusakan, menurut Pemerintah Junta Militer Myanmar.
Banyak Jamaah Terjebak
Seorang penduduk berusia 39 tahun di wilayah Mandalay menggambarkan pemandangan yang mengerikan ketika ia mencoba menyelamatkan seorang pria yang terjebak di bawah puing-puing masjid yang runtuh di desa Sule Kone, tetapi harus meninggalkannya karena gempa susulan.
“Saya harus meninggalkan dia di belakang … Saya masuk untuk kedua kalinya untuk mencoba menyelamatkannya,” kata oria yang menolak namanya disebutkan.
“Saya harus meninggalkan dia di belakang … Saya masuk untuk kedua kalinya untuk mencoba menyelamatkannya,” katanya, yang menolak disebutkan namanya.
“Saya menyelamatkan empat orang dengan tangan saya sendiri. Namun sayangnya, tiga orang sudah meninggal dan satu orang meninggal dalam pelukan saya.”
Dia mengatakan bahwa 10 orang telah syahid di sana, dan bahwa mereka termasuk di antara 23 orang yang meninggal di tiga masjid yang hancur di desa tersebut. Pembatasan pemerintah telah mencegah mereka untuk ditingkatkan, katanya.
Muslim adalah minoritas di Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Buddha dan telah dipinggirkan oleh pemerintah yang berganti-ganti, sementara kelompok ultranasionalis dan biksu-biksu ekstremis dalam beberapa tahun terakhir telah memicu kekerasan.
Pihak berwenang Myanmar selama beberapa dekade mempersulit umat Islam untuk mendapatkan izin untuk memperbaiki atau membangun masjid baru, menurut laporan Departemen Luar Negeri AS tahun 2017, yang mengatakan bahwa masjid-masjid bersejarah telah rusak karena tidak mendapat perawatan rutin.*