Hidayatullah.com–Pendukung bekas Presiden Mesir yang digulingkan, Mohammad Mursy terus melakukan aksi duduk di sekitar sebuah masjid di Kairo timur.
Sebelumnya, dilaporkan lebih dari 100 orang tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan hari Sabtu kemarin, tapi puluhan ribu pendukung Mursy terus melakukan protes.
Mereka memperkuat barikade di dekat masjid Rabi’a al-Adawiya untuk bersiap untuk menghadapi serangan setelah menteri dalam negeri Mesir berjanji untuk mengakhiri demonstrasi mereka.
Demonstran menegaskan tidak akan bergeming, tetapi pemerintah tak mau kalah akan menggunakan kekuatan untuk mengusir mereka jika diperlukan.
Dilaporak aksi kekerasan terjadi secara sporadis semalaman hingga minggu (waktu setempat), termasuk di Terusan Suez.
Kekerasan yang terjadi kemarin di ibukota mendapat kutukan dunia internasoinal, termasuk dari Amerika, pendukung utama dari militer Mesir.
Juru Bicara persaudaraan Muslim untuk Mursy, Gehad El-Haddad mengungkapkan para demonstran marah tapi “sangat menentang” menyusul peristiwa kemarin yang mengakibatkan kematian dan menyalahkan aksi petugas yang menembakan peluru.
“Bagi kami, jika mati, kita bertemu pencipta kami dan kami melakukannya untuk tujuan yang benar … Entah kita mati atau kita berhasil,” tegasnya dikutip ABC.
Tuntut Jenderal Sisi mundur
Seperti militer, Menteri Dalam Negeri Mesir, Mohamad Ibrahim, mengeluarkan peringatan bahwa aparat akan menindak tegas pihak atau kelompok yang dinilai megganggu keamanan.
“Kita tidak akan membiarkan tentara bayaran atau orang-orang yang kecewa untuk mengganggu suasana persatuan,” kata Ibrahim dalam satu acara di Kairo, hari Ahad (28/07/2013).
“Kita akan menghadapi mereka dengan kekuatan. Mereka akan ditindak dengan tegas,” tambah Ibrahim memberi sinyal pada para pendukung Mursy.
Peringatan ini dikeluarkan ketika para pendukung Presiden Mohammad Mursy yang digulingkan militer pada 3 Juli lalu.
Sementara itu, di Rabaa al-Adawiya, ratusan demonstran menggelar demonstrasi mini untuk tetap bertahan.
Seorang professor sosiologi dalam unjuk rasa berujar “ Pada Jan 2011, (mantan presiden) Husni Mubarak kuat, tetapi ia jatuh dengan cara damai.”
“Insya Allah, Sisi akan jatuh dengan cara damai yang sama,” tambahnya, mengacu pada Komandan militer Jenderal Abdul Fattah al-Sisi yang memimpin kudeta penggulingan Mursy.
Kekerasan Sabtu dini hari adalah insiden paling berdarah sejak Mursy diturunkan pada 3 Juli lalu menyusul demonstrasi besar besaran menentang pemerintahannya.
Kekerasan sporadis terus terjadi pada hari Ahad, termasuk di Port Said, di mana kantor berita MENA mengatakan 29 orang terluka dalam bentrokan di acara pemakaman pendukung Mursy yang tewas di Kairo.*