Hidayatullah.com– Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi menciptakan sejarah dengan menandatangani kesepakatan pertahanan bernilai US 142 miliar (Rp 2.283 triliun), setara dengan 12% APBN Indonesia 2024, pada Selasa (14/5/2025).
Kesepakatan tersebut ditandatangani dalam sebuah upacara megah di Istana Kerajaan Saudi di Riyadh, dihadiri oleh Presiden AS Donald Trump dan Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman.
Perjanjian ini mencakup pembelian senjata senilai US$142 miliar, yang menjadi kesepakatan senjata terbesar yang pernah ada antara kedua negara. Selain sektor pertahanan, perjanjian ini juga mencakup investasi besar dalam teknologi kecerdasan buatan (AI), dengan perusahaan Saudi DataVolt menyuntikkan US$20 miliar ke proyek AI di AS.
“Ini adalah perjanjian yang sangat besar, bukan hanya dalam angka, tetapi juga dalam dampaknya terhadap keamanan regional dan hubungan bilateral kami,” ujar Trump dalam pidato resminya dikutip AFP.
Gedung Putih menyebut kesepakatan ini sebagai “penjualan pertahanan terbesar dalam sejarah”, melampaui semua rekor sebelumnya.
Paket megaproyek ini mencakup pengadaan alutsista canggih dan dukungan teknis dari lebih dari 12 perusahaan pertahanan AS terkemuka, termasuk raksasa industri seperti Lockheed Martin, Boeing, dan Raytheon.
Kesepakatan raksasa ini terbagi dalam lima pilar utama: peningkatan kemampuan angkatan udara dan pertahanan luar angkasa, penguatan sistem pertahanan udara dan rudal, modernisasi keamanan maritim dan pertahanan pesisir, peningkatan keamanan perbatasan dan modernisasi angkatan darat, dan pembangunan sistem informasi dan komunikasi militer mutakhir.
Tak hanya hardware militer, paket ini juga mencakup transfer teknologi, pelatihan intensif pasukan, pengembangan akademi militer, hingga peningkatan layanan kesehatan militer Kerajaan Saudi.
“Ini bukan sekadar transaksi, tapi pondasi baru untuk keamanan regional selama puluhan tahun mendatang,” tegas juru bicara Gedung Putih dalam rilis resminya.
Selain sektor pertahanan, kedua negara juga sepakat meningkatkan kerja sama di bidang: energi (pengembangan infrastruktur dan eksplorasi mineral), kesehatan & sains (riset bersama), luar angkasa (misinya gabungan), transportasi udara (perjanjian kargo langsung untuk meningkatkan perdagangan).
Menteri Pertahanan Arab Saudi, Pangeran Khalid bin Salman, menambahkan: “Kerja sama dengan mitra strategis AS ini merupakan lompatan besar dalam percepatan modernisasi militer kami, sekaligus wujud nyata Visi 2030.”
Trump dan Putra Mahkota Mohammad bin Salman juga membahas penciptaan dua juta lapangan kerja di Amerika Serikat sebagai bagian dari perjanjian investasi ini. Presiden Trump menyebut kesepakatan ini sebagai langkah penting dalam memperkuat kemitraan strategis antara kedua negara.
Dalam upacara penandatanganan, Trump dan Mohammad bin Salman dikelilingi oleh delegasi tinggi kedua negara, termasuk para pemimpin bisnis, seperti Elon Musk, yang turut hadir dalam acara tersebut.
Sejak beberapa tahun terakhir, Saudi berupaya meningkatkan citra globalnya dengan berinvestasi di berbagai sektor teknologi tinggi dan membuka hubungan diplomatik yang lebih luas.
Momen penandatanganan bertepatan dengan kunjungan empat hari Presiden Donald Trump ke Timur Tengah, yang juga mencakup Qatar dan Uni Emirat Arab.
Kunjungan ini menegaskan posisi Saudi sebagai mitra strategis utama AS di kawasan.
Dikutip Reuters, data Gedung Putih menunjukkan: total perdagangan bilateral 2024 antara AS dan Saudi senilai US$25,9 miliar (Rp416 triliun), investasi langsung Saudi di AS senilai US$9,5 miliar (Rp152 triliun).
Investasi ini meliputi sektor transportasi, real estat, dan industri otomotif.
Analis militer mengapresiasi langkah ini sebagai penguat deterensi regional, namun pengamat HAM mengkritik karena rekam jejak Saudi dalam Perang Yaman, kasus pembunuhan Jamal Khashoggi, dan potensi eskalasi perlombaan senjata di Timur Tengah.*