Hidayatullah.com– Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyatakan keprihatinan mendalam atas temuan polisi ada pesta seks sesama jenis (LGBT) yang digelar di sebuah vila di kawasan Megamendung, Puncak, Kabupaten Bogor. Sebanyak 75 pria diamankan dalam pesta yang diklaim sebagai acara “family gathering” tersebut.
Ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi atau yang akrab disapa Gus Fahrur menyebut peristiwa tersebut sangat memprihatinkan. Menurutnya, praktik homoseksual bertentangan dengan hukum positif di Indonesia dan nilai-nilai agama yang dianut masyarakat.
“Ini sangat memprihatinkan, di negara kita sudah jelas bahwa gay dilarang oleh pemerintah dan bertentangan dengan ajaran semua agama di Indonesia,” ujar Gus Fahrur, kutip news.detik.com.
Gus Fahrur juga menekankan bahwa kegiatan tersebut tidak hanya bertentangan secara moral dan hukum, tetapi juga membawa risiko serius bagi kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, ia mendesak agar penegakan hukum dilakukan secara tegas dan maksimal guna memberikan efek jera.
Lebih lanjut, PBNU menekankan peran penting keluarga dan tokoh agama dalam pencegahan dan pembentukan karakter sejak dini agar fenomena LGBT tidak menyebar dalam masyarakat.
Menurut Gus Fahrur, hal ini bisa dilakukan melalui pendidikan karakter dan pendampingan berbasis agama di keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial.
Diketahui, polisi menggerebek pesta minis ini pada Ahad dini hari, 22 Juni 2025, pukul sekitar 00.30 WIB, menyusul laporan dari warga yang merasa resah. Dari lokasi, petugas mengamankan 75 orang pria, sebagian besar diketahui berasal dari Jakarta dan Bekasi.
Penggerebekan dilakukan oleh Polsek Megamendung bersama Polres Bogor sebagai respons terhadap laporan tersebut.
Polisi juga menyita berbagai barang bukti seperti alat bantu seks (sex toys), kondom, bahkan pedang yang diduga digunakan dalam pesta. Penetapan tersangka masih dalam proses penyelidikan. Polisi bekerja sama dengan pihak kesehatan setempat, melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, untuk memeriksa potensi risiko kesehatan seperti infeksi HIV atau sifilis di kalangan peserta pesta.*