Hidayatullah.com– Seorang pria Yahudi Belarusia ditahan oleh kepolisian Rusia setelah melakukan serangan brutal terhadap seorang bayi laki-laki berusia 18 bulan di Bandara Sheremetyevo, Moskow. Insiden yang terjadi pada Rabu (25/6/2025) itu menyebabkan sang bayi mengalami cedera parah pada tengkorak dan tulang belakang, dan kini berada dalam kondisi koma.
Pelaku diketahui bernama Vladimir Vitkov, 31 tahun, seorang pekerja konstruksi yang baru saja diberhentikan dari proyek pembangkit listrik tenaga nuklir di Mesir karena gagal dalam tes narkoba dan alkohol.
Ia ditangkap tak lama setelah melempar bayi tersebut ke lantai bandara dengan kekuatan penuh, berdasarkan rekaman CCTV yang telah beredar luas.
Korban, bayi bernama Yazdan, berasal dari keluarga pengungsi asal Afghanistan yang baru saja tiba di Moskow setelah melarikan diri dari Iran akibat konflik bersenjata yang berkecamuk antara Teheran dan ‘Israel’.
Menurut laporan media Inggris The Mirror dan The Daily Mail, kejadian terjadi di aula kedatangan Bandara Sheremetyevo. Rekaman menunjukkan Vitkov awalnya memperhatikan situasi sekitar sebelum dengan tiba-tiba mencengkeram bayi Yazdan dan melemparkannya ke lantai.
Aksi ini menyebabkan patah tulang tengkorak terbuka, hematoma subdural, dan trauma tulang belakang.
“Saya mencoba membunuh seorang anak,” kata Vitkov kepada penyidik saat diinterogasi. Ia mengaku berada dalam pengaruh ganja dan alkohol, termasuk meminum tiga botol wiski sebelum naik pesawat dari Kairo ke Moskow.
Kepolisian Rusia menyatakan bahwa jejak narkoba ditemukan dalam darah pelaku, dan ganja ditemukan dalam kepemilikannya saat ditahan. Dugaan adanya motif rasial juga tengah diselidiki, meski Vitkov mengaku tidak sadar atas tindakannya karena berada dalam pengaruh zat terlarang.
Menurut dokter di Pusat Medis Anak Roshal, tempat Yazdan dirawat, bayi tersebut menderita cedera kepala berat dan trauma tulang belakang, namun tidak memerlukan operasi bedah saraf. Saat ini ia masih dalam koma medis untuk mengurangi tekanan pada otaknya.
“Kami melakukan CT scan, dan ditemukan adanya pendarahan otak dan patah tulang terbuka pada tengkoraknya,” kata dr. Tatyana Shapovalenko.
Ibunda Yazdan, Sahar Hajizada, yang menyaksikan langsung kejadian itu, dilaporkan sangat terpukul. Ia berkali-kali menanyakan kepada dokter apakah anaknya akan selamat.
Insiden ini memicu kecaman internasional, khususnya dari otoritas Iran. Duta Besar Iran untuk Rusia, Kazem Jalali, mengutuk tindakan tersebut sebagai “sepenuhnya tidak manusiawi”. Ia juga menyebut bahwa pada awalnya Yazdan diduga sebagai warga negara Iran, namun setelah dikonfirmasi oleh Kementerian Luar Negeri Rusia, korban secara resmi terdaftar sebagai warga Afghanistan.
“Rekaman video menunjukkan seorang anak dibanting secara brutal. Saya tidak bisa memastikan klaim bahwa pelaku adalah warga Yahudi, tapi kami menuntut keadilan,” ujar Jalali kepada kantor berita Tasnim.
Sementara itu, Ombudsman Anak Wilayah Moskow, Ksenia Mishonova, menyebut pelaku sebagai “monster pecandu narkoba” dan menyerukan hukuman kerja keras hingga tua bagi Vitkov.
“Saya tidak lagi punya kekuatan untuk menahan diri. Ini monster. Anak itu tidak bersalah dan sekarang berjuang untuk hidupnya,” katanya usai mengunjungi korban di rumah sakit.
Vitkov, yang berasal dari wilayah Gomel, Belarus, diketahui memiliki seorang putri seusia Yazdan. Penyelidik kini juga menelusuri kondisi psikologis dan latar belakang pelaku, termasuk kemungkinan keterlibatan dalam kekerasan sebelumnya.
Pihak berwenang Rusia menyatakan akan melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap latar belakang pelaku, termasuk kemungkinan unsur kebencian rasial, serta mengevaluasi ulang sistem keamanan bandara.
Insiden ini mengangkat kembali kekhawatiran tentang perlindungan terhadap pengungsi dan anak-anak dalam situasi lintas negara, terutama mereka yang melarikan diri dari konflik.
Sementara Yazdan masih dalam pemulihan intensif, publik menanti keputusan hukum terhadap Vitkov, yang secara terbuka telah mengakui percobaan pembunuhan terhadap anak tak bersalah itu. Kejadian mengerikan ini memicu kecaman luas dari masyarakat setempat dan menjadi sorotan media Rusia.*