Hidayatullah.com – Spanyol membatalkan kontrak perdagangan senjata dengan entitas zionis senilai 310 juta dolar AS atau setara Rp5,1 triliun di tengah perang genosida ‘Israel’ yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Melansir kantor berita EFE pada Selasa (03/06/2025), Kementerian Pertahanan Spanyol menangguhkan lisensi produksi rudal ‘Israel’, secara efektif membatalkan pengiriman 168 sistem anti tank Spike LR2 untuk Angkatan Darat dan Korps Marinir Spanyol.
Keputusan itu, lanjut sumber di Kemenhan Spanyol, merupakan bagian dari upaya Spanyol untuk “mengurangi hingga menghapus” ketergantungan teknologi pada ‘Israel’.
Kemenhan, yang dipimpin Margarita Robles, juga mencabut kontrak yang diberikan pada Oktober 2023 kepada Pap Tecnos, anak perusahaan dari Rafael Advanced Defence Systems milik ‘Israel’.
Spanyol batal membeli 168 unit peluncur, 1.680 rudal Spike LR2, dan dukungan logistik penuh.
Untuk menggantikan persenjataan itu, Spanyol sedang mempertimbangkan membeli FGM-148F Javelin buatan Amerika Serikat, yang dikembangkan oleh Raytheon dan Lockheed Martin.
Berubah sikap
Pada awalnya, Spanyol beralasan membeli persenjataan ‘Israel’ karena sistem rudal yang dimiliki Spanyol sudah “usang” dan Rafale sebagai satu-satunya penyedia yang memenuhi syarat. Namun, Spanyol mengubah sikapnya.
Rudal Spike LR2, yang dipuji sebagai salah satu yang terbaik di dunia untuk menghancurkan tank, dikatakan telah digunakan oleh Israel dalam serangannya ke Gaza, yang memicu kontroversi baru.
Langkah terbaru ini dilakukan hanya enam minggu setelah Perdana Menteri Pedro Sanchez memerintahkan Kementerian Dalam Negeri untuk secara sepihak membatalkan kesepakatan terpisah untuk lebih dari 15 juta peluru buatan ‘Israel’.
Minggu lalu, Menteri Pertahanan Amparo Valcarce mengatakan Spanyol sedang mengembangkan “rencana pemutusan hubungan” untuk memastikan tidak ada ketergantungan pada teknologi ‘Israel’ di masa mendatang.
Menekankan bahwa tidak ada penjualan senjata aktif dengan ‘Israel’, Valcarce mengakui bahwa beberapa program yang sedang berlangsung masih bergantung pada perusahaan ‘Israel’, yang mendorong strategi keluar atau exit strategy.
Sebelumnya, kota Catalonia menutup kantor dagangnya di Tel Aviv pada Rabu (21/05/2025). Langkah itu diambil setelah semakin banyak pejabat Catalonia yang sadar akan kejahatan kemanusiaan ‘Israel’ terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Apalagi setelah baru-baru ini pemerintah Spanyol menyatakan sikap tegasnya terkait isu Palestina.
Baca juga: Spanyol akan Tambah Dana untuk Penyelidikan PBB atas Kejahatan ‘Israel’