Hidayatullah.com– Selama lebih dari tiga tahun beroperasi di Mali, kelompok tentara bayaran asal Rusia Wagner Group melakukan penculikan, penangkapan dan penyiksaan ratusan warga sipil, termasuk di lokasi bekas pangkalan dan kamp pasukan PBB yang dipakai bersama dengan tentara Mali. Demikian menurut sebuah laporan yang dipublikasikan hari Kamis (12/6/2025) oleh sebuah kumpulan jurnalis.
Para korban, yang diwawancarai oleh sebuah konsorsium para reporter dipimpin oleh media investigasi Forbidden Stories, berbicara dari sebuah kamp pengungsi di negara tetangga Mauritania perihal penyiksaan berupa waterboarding, pemukulan dengan kabel listrik, dan disulut dengan puntung rokok, lansir AFP.
Laporan itu mengungkap bahwa praktik penahanan ilegal dan penyiksaan sistematis, yang terkadang berujung pada kematian, mirip seperti yang terjadi di Ukraina dan Rusia.
Investigasi yang dilakukan bersama dengan France 24, Le Monde dan IStories mengidentifikasi enam lokasi penahanan di mana kelompok paramiliter Rusia menyekap warga sipil antara tahun 2022 dan 2024.
Pekan lalu kanal Telegram yang berafiliasi dengan Wagner mengumumkan bahwa kelompok paramiliter Rusia itu hengkang dari Mali.
Sebagian personelnya akan diintegrasikan kembali ke kelompok Africa Corps, paramiliter lain yang memiliki hubungan dengan Kremlin, menurut sumber diplomatik dan keamanan yang berbicara dengan AFP.
Sebuah laporan PBB menuduh tentara Mali dan petempur asing mengeksekusi sedikitnya 500 orang selama operasi anti-ekstremis di Moura pada Maret 2022 — klaim yang dibantah oleh junta.
Pemerintah Barat meyakini para petempur asing itu adalah tentara bayaran Wagner.
April lalu, sejumlah mayat ditemukan di dekat sebuah kamp militer Mali, beberapa hari setelah tentara junta dan paramiliter Wagner menangkap puluhan warga sipil, sebagian besar dari komunitas Fulani.*