Hidayatullah.com –Ramadhan, tamu yang dirindukan akhirnya datang juga. Kita menyambutnya, marhaban ya Ramadhan. Selamat datang bulan Ramadhan. Kita amat gembira dengan kedatangannya.
Di saat duka dan ketakutan masih menyelimuti bangsa Indonesia karena rentetan teror yang terjadi belakangan ini, maka Ramadhan menjadi pendingin suasana permusuhan dan penenteram jiwa.
Sebab Ramadhan tidak hanya mengajarkan untuk menahan lapar, dahaga, dan senggama, tapi juga melatih diri untuk memerangi dan mengalahkan nafsu angkara murka yang dapat menghancurkan diri, kemanusiaan dan peradaban.
Kehadiran Ramadhan yang tak lebih dari sebulan, akan sangat rugi jika disia-siakan.
Sebab di dalamnya ada obralan pahala serta lautan rahmat dan ampunan. Ia jadi bagaikan magnet yang menarik kita untuk berlomba-lomba mengerjakan ibadah, baik ibadah ritual, maupun ibadah sosial. Kita melihat, masjid jadi mendadak ramai dengan orang yang mendirikan shalat fardhu dan tarawih.
Bibir-bibir jamaah basah melantunkan ayat suci Al-Qur’an. Majelis taklim ramai didudukki. Di sepertiga malam, tahajud ditegakkan, memohon ampunan dosa, mengadukan berbagai persoalan kehidupan, meminta pertolongan, dan mengemis pemberian kepada-Nya.
Di sepuluh malam terakhir, iktikaf dilakoni demi mengincar lailatul qadr –malam kemuliaan yang lebih baik dari seribu bulan (QS 97:3). Ramadhan mendekatkan kita kepada-Nya.
Semangat mengerjakan ibadah sosial tak kalah berkobarnya di bulan ini.
Ramadhan menyuntikkan rasa kedermawanan dan kasih sayang kepada sesama. Kegiatan kepedulian begitu banyak diamalkan. Kita menyaksikan, masjid-masjid menyediakan takjil, makan sahur dan berbuka kepada jamaahnya secara gratis.
Tangan-tangan insan bergerak ringan mengeluarkan zakat, infak, dan sedekahnya kepada sesama. Terpupuknya empati inilah yang menumbuhkan solidaritas sosial. Ramadhan mendekatkan kita kepada sesama.
Kini, lahan amal terhampar luas di depan mata kita. Alangkah banyaknya saudara-saudara kita yang masih dilanda kesedihan dan kecemburuan lantaran belum keluar dari kubangan lumpur kemiskinan. Keberadaan mereka sesungguhnya menjadi kesempatan bagi kita untuk membentang kebaikan, berbagi perhatian dan kebahagiaan kepada mereka. Salah satu caranya adalah dengan memberinya hadiah.
Hadiah dapat mengusir duka, mengukir senyum keceriaan, dan menggembirakan hati mereka. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menghilangkan kedukaan seorang Muslim, maka Allah akan menghilangkan kedukaan dari kedukaan-kedukaan di hari kiamat.” (HR. Bukhari).
Hadiah juga menumbuhkan rasa sayang dan cinta bagi si pemberi dan si penerima. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, “Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari).
Lembaga Kemanusiaan Dompet Dhuafa pada Ramadhan tahun lalu telah membagikan hadiah berupa 7.000 paket parsel kepada tukang sapu, pekerja sosial, guru ngaji, penjaga palang kereta, guru perbatasan, guru SLB, murid berkebutuhan khusus, anak yatim, difabel, penjaga masjid, dan penerima manfaat lainnya yang kurang mendapat perhatian.
Salah satu penerima parsel Ramadhan, Wahyudin, mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Dompet Dhuafa.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada donatur Dompet Dhuafa, lantaran telah peduli terhadap penjaga masjid seperti saya. Semoga ke depannya semakin banyak penjaga masjid yang mendapatkan maanfaat seperti saya. Tidak hanya di Depok, tetapi di seluruh Indonesia,” ujar pria yang akrab disapa Udin ini.
Program Parsel Ramadhan adalah program khusus di bulan Ramadhan yang disiapkan bagi karyawan, nasabah/pelanggan, mitra dan donatur Dompet Dhuafa yang ingin berbagi kebahagiaan kepada dhuafa di seluruh negeri.
Pada Ramadhan kali ini, Dompet Dhuafa kembali akan melanjutkan programnya itu. Demi berbagi kebahagiaan kepada lebih banyak lagi dhuafa di seluruh negeri. Informasi program dan layanan donasi parsel Ramadhan lebih lanjut dapat mengunjungi Donasi Dompet Dhuafa.* Andi R