Hidayatullah.com–Gema takbir membana ke langit saat bersamaan sinar matahari tertutup oleh bulan di Kota Maba Kabupaten Halmahera Timur. Suasana saat itu sangat hening dan gelap mencekam selama 3 menit 20 detik.
Banyak rumah penduduk yang menutup rapat rumah mereka. Sebagian orang bahkan merasa ketakutan. Bahkan penulis sendiri sangat ketakutan ketika mendapati gelapnya matahari di rakaat kedua.
Ada yang sampai terdengar menangis terisak saat gelap tersebut. Ketakutan jika gelap selamanya dan Allah tidak mengembalikan seperti keadaan semula. Allahu akbar, Allahu Akbar gaung takbir selalu menggema mengikuti gelapnya matahari.
Beberapa laporan mengabarkan, suasana di laut di Kota Maba juga berbeda. Fenomena menakjubkan ini mempengaruhi pasang surut air laut seperti adanya bulan purnama. Air laut tiba-tiba surut membentuk daratan memisahkan antara pulau Halmahera dan Pulau Mobon di depannya sekitar 400 m.
Fenomena ini seperti lautan yang terbelah kata seorang warga Syamsul (48). Setelah matahari mulai kembali normal daratan itupun tertutup air laut lagi.
Ada dua peneliti yang datang ke kota ini, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang ‘berkompetisi’ dengan National Aeronautics and Space Administration (NASA) untuk meneliti korona matahari. Peneliti dari kedua lembaga mengukur temperatur lapisan terluar matahari.
Pemotretan korona hanya bisa dilakukan saat Gerhana Matahari total saja. Penampakannya seperti pendaran cahaya yang keluar dari piringan gelap matahari. Keindahan itu membuat lapisan ini diberi nama korona atau mahkota matahari.
Gerhana Matahari Total (GMT) merupakan fenomena alam yang Allah ingin tunjukan kekuasaanya. Bahwa Allah Besar dan manusia makhluk yang kecil.dan berdaya. Semoga kita dapat mengambil hikmahnya.*/Kiriman Nurhadi Maba Halmahera Timur Maluku Utara