Hidayatullah.com– Untuk menstandardisasi bacaan al-Qur’an agar sesuai dengan ilmu tajwid yang bersanad, Sekolah Menengah Integral (SMI) Hidayatullah Yogyakarta mengadakan kegiatan dauroh al-Qur’an khusus ilmu tajwid bersanad.
Demi al-Qur’an, pihak sekolah tidak tanggung-tanggung untuk meliburkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) formal selama satu minggu dan mewajibkan seluruh santri dan guru untuk ikut dalam dauroh ini.
Kegiatan dauroh al-Qur’an yang dimulai dari tanggal 4-9 Oktober 2017 bertempat di kampus pesantren itu. Diikuti oleh sekitar 400 orang peserta yang terdiri dari santri, guru, serta beberapa peserta dari luar. Bahkan ada peserta ustusan dari lembaga lain dengan dibagi menjadi dua sesi, pagi dan sore.
Yang menjadi pemateri dalam daurah al-Qur’an ini adalah Rifa’i Mujahidin Alhaq, pemegang 7 sanad matan Jazariyah dan 6 sanad matan Tuhfatul Athfal yang sebelumnya kuliah di Universitas Al- Azhar Kairo, Mesir, Fakultas Ushuluddin.
Adapun materi yang disampaikan dalam daurah al-Qur’an ini meliputi syarah matah tuhfatul athfal, syarah matan jazariyah, hilyatu tilawatil qur’an, hilyatu hurufil qur’an dan shorihun nash fil kalimatil mukhtalaf ‘an Hafsh.
Baca: Yusuf Mansur: Penghafal Al-Qur’an Bersanad di Indonesia Masih Sedikit
Dari dauroh al-Qur’an ini, ada dua target yang ingin dicapai, sebagaimana disampaikan oleh M Syakir Syafi’i selaku mudir ma’had dalam sambutannya.
“Pertama, meningkatkan kompetensi individual santri dalam ilmu tajwid, baik secara teoritis maupun praktis. Untuk mendukung tercapainya target ini, maka selain sesi dauroh secara massal yang dilakukan di ruangan, juga ada sesi mentoring yang dilakukan perkelompok (halaqah) dengan bimbingan seorang fasilitator yang berasal dari para musyrif/guru.
Tujuannya adalah untuk pendalaman materi, sekaligus untuk membantu santri yang masih memiliki kendala dalam memahami materi yang telah disampaikan. Selain itu, juga ada tambahan bimbingan praktis tahsin qiraah yang dilakukan secara umum di masjid,” jelasnya.
Kedua, yaitu membangun sistem pembelajaran al-Qur’an yang standar, baik dari aspek kitab rujukan, metode pembelajaran, dan evaluasinya, maupun dari aspek SDM guru al-Quraannya.
Baca: Dauroh “Setiap Orang Beriman, Mudah Menghafal Al-Qur’an”
Untuk mencapai target kedua ini, pihak ma’had melakukan diskusi intensif dengan narasumber/instruktur, yang dilakukan di sela-sela waktu di luar kegiatan resmi dauroh.
“Dengan ini, maka pembelajaran al-Qur’annya di Ma’had Hidayatullah Jogja menjadi lebih berkualitas dengan standar pembelajaran yang bersanad. Dan yang terpenting, dengan target kedua tersebut, pembelajaran al-Qur’an dengan standar sanad sudah bisa berlangsung secara reguler atau rutin,” paparnya.
Dalam dauroh al-Qur’an ini juga ada pemberian sanad bagi peserta yang berhak mendapatkannya. Semoga dauroh al-Qur’an ini berjalan dengan lancar sampai akhir dan semua peserta berhak mendapatkan sanad ilmu tajwid. Aamiin.* Kiriman Jundi Iskandar (Jogyakarta)